RIAUMANDIRI.CO, PASIR PENGARAIAN - Sebanyak 24 situs sejarah religius di Kabupaten Rokan Hulu dinilai berpotensi dijadikan destinasi wisata. Seperti situs sejarah Rantau Binuang Sakti, Benteng Tujuh Lapis Tuanku Tambusai, Makam Raja Kerajaan Rambah, Istana Raja Rokan, Rumah Pagodangan di Rokan, Istana Raja Kunto, Makam Tengku Joman, dan Rumah Larangan Boru Namora Suri Andung Jati.
Salah satu situs tersebut yang bernilai sejarah sekaligus religius, yaitu situs Makam Raja Kerajaan Rambah, yang berjarak 10 kilo meter dari pusat kota Pasir Pengaraian. Makam ini berumur ratusan tahun dan mempunyai komplek dan tata letak teratur dan tersusun rapi. Ada pemakaman raja dan keluarganya, ada makam pegawai pemerintahan dan para pelaksananya, dan ada makam massal.
Sisi lain yang membuat makam ini bersejarah yaitu daerah Rokan Hulu sejak dahulunya mempunyai pola pemerintahan dengan sistem kerajaan Islam yang ditandai dengan tulisan pada nisan makam.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Rohul, Yusmar, ini menunjukkan bahwa walaupun daerah ini di masa lalu dijajah negara lain yang non-muslim, tetapi pihak kerajaan memiliki kedaulatan lokal, sehingga mereka bisa melaksankan aktivitas sesuai adat istiadat dan syariat Islam.
"Makam Raja Kerajaan Rambah merupakan salah satu dari 5 kerajaan yang ada di Kabupaten Rokan Hulu yang mempunyai komplek pemakaman yang lengkap dan tertata rapi sementara mereka hidup dalam kurun berabad-abad yang lalu" jelas Yusmar, Minggu (15/4/2018).
Menurut Yusmar, kebenaran sejarah tentang kerajaan tersebut bisa diperoleh dari keturunan cucu dan cicit dari Raja yang masih hidup. Cerita itu, kata Yusmar, dengan dilengkapi data dan fakta.
Dia mengatakan, makam Raja Kerajaan Rambah juga menggambarkan suatu peradaban yang tinggi dan tersusun rapi dengan sistem pemerintahan yang tertata yang berbentuk kerajaan absolut.
Dimana, peradaban tersebut terlihat pada desain kasar dari komplek yang masih terlihat bekasnya di samping makam. Ada tapak Masjid yang di sampingnya berdiri istana raja, dan ada kolam pemandian raja dan kolam pemandian putri raja. Di komplek ini juga seolah-olah diapit dua sungai. Sisi kiri ada Sungai Kumpai dan di kanannya ada Sungai Omeh. Sementara di depan singgasana raja atau Istana Raja adalah Sungai Batang Lubuh.
“Dengan demikian makam Raja Kerajaan Rambah sebenarnya bukanlah sekadar makam, melainkan suatu komplek raja dan pembesar kerajaan dalam memimpin daerah kerajaannya, sekaligus tempat pemukiman keluarga dan pembantu-pembantunya yang membentuk suatu peradaban yang penuh dengan aturan yang jelas dan tegas serta nilai-nilai serta norma adat melayu yang kental dibungkus ajaran agama Islam," terangnya.
"Sehingga dapat di katakan bahwa, makam Raja kerajaan Rambah menggambarkan memiliki sistem pemerintahan yang dijalankan dengan menyandingkan adat dan agama secara rukun, damai dan sejahtera,” lanjut Yusmar.
Dikutip dari pernyataan Mac Moskowski peneliti berkebangsaan Jerman, menyebut tatanan pemerintahan disusun dengan siatem Monarki absolut, dan kekuatan pemerintahan berada pada pemilik tanah bangsawan yang bersatu dengan istilah kerapatan.
“Hal yang mengagumkan, bahwa mereka pelaksana pemerintahan harus menjadi pribadi yang luar biasa dalam rangka mensejahterakan masyarakatnya. Sesuatu hal yang perlu digali lebih dalam dan pantas untuk dijadikan pelajaran dan perbandingan pemerintahan dan peradaban untuk masa kini dan masa yang akan datang,” tutupnya.
Reporter: Agustian
Editor: Rico Mardianto