RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Untuk menjaga kelangsungan ekosistem dan habitat yang ada di bumi Melayu Lancang Kuning, berbagai upaya dilakukan oleh pecinta lingkungan hidup seperti Mahasiswa Pecinta Alam, Jikalahari, WWF, dan masyarakat.
Dalam Talk Show kampanye EoF (Eyes on The Forest) yang dilaksanakan oleh 6 Mapala yaitu Mapala Humendala, Mapala phylomina, EMC2, Mapala Sungkai, Mapala Suluh dan Mafakumpala, dibincang tentang kerusakan hutan Riau dan pentingnya kepedulian anak muda terhadap lingkungan.
Kegiatan bertema "Cukup Sudah Penghancuran Hutan Riau untuk Generasi Masa Depan" ini berlangsung di aula Rektorat Universitas Riau, Selasa (10/4/2018). Acara ini dibuka oleh Wakil Rektor III UR Dr Syapsan, ME.
Ketua Pelaksana Fachrul Adam mengatakan, kegiatan ini bertujuan meningkatkan kesadaran mahasiswa bahwa hutan kita tiap tahun semakin berkurang karena adanya pembukaan lahan yang dijadikan untuk hutan tanaman industri dan perkebunan sawit.
"Sebagai generasi muda kita harus peduli terhadap kelestarian alam kita. Apa yang kita nikmati hari ini adalah warisan dari pendahulu kita. Maka sudah sepantasnya kita juga mewariskan hutan untuk anak cucu kita nanti," paparnya.
"Harus kita akui, hutan kita sekarang semakin berkurang. Dirusak oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Akibatnya tidak hanya sekarang, tapi juga pada masa yang akan datang," kata Fachrul Adam.
Dia berharap kepada mahasiswa agar siap menjadi garda terdepan dalam mencegah kerusakan hutan dan lahan.
Talk Show Eyes on The Forest menghadirkan pemateri-pematari yang concern di bidang lingkungan hidup, di antaranya Prof Dr Ir Bambang Hero Saharjo, MAgr (Guru besar IPB pakar kebakaran hutan dan kerusakan lingkungan), Prof Dr Ir Hariadi Kartodiharjo, MS (Guru besar IPB dan pakar kebijakan kehutanan), narasumber dari WWF- Indonesia, Koordinator Jikalahari Wiro Supartinah, dan Direktur Eksekutif Walhi Riko Kurniawan.
Kegiatan ini dihadiri oleh 22 Mapala se-Pekanbaru dan mahasiswa dan aktivis lingkungan lainnya. Selain itu, juga digelar pameran foto hasil investigasi selama 13 tahun dari Eyes On The Forest. (rls)
Editor: Rico Mardianto