RIAUMANDIRI.CO, PEKANBARU - Tiga pekan pelaksanaan Operasi Keselamatan Muara Takus 2018, tercatat 54 kasus kecelakaan lalu lintas (laka lantas). Terjadi peningkatan 10 kasus dibandingkan tahun 2017 lalu. Hal ini berbanding lurus dengan angka korban yang meninggal dunia akibat laka lantas.
Dipaparkan Direktur Lalu Lintas (Dir Lantas) Polda Riau, Kombes Pol Rudy Safiruddin, Ops Keselamatan Muara Takus tahun ini telah berakhir sejak Minggu (25/3) kemarin. Selama pelaksanaan, pihaknya mencatat 54 kasus laka lantas di sejumlah daerah di Riau. Sementara, dalam rentang waktu yang sama pada tahun lalu, pihaknya mencatat 44 kasus.
"Artinya meningkat dari tahun sebelumnya 10 kejadian, atau 10 persen," ungkap Rudy, Rabu (28/3).
Akibat laka lantas yang terjadi, Rudy menyebut terdapat 24 orang yang meninggal dunia, naik dibandingkan tahun 2017 lalu dengan angka 23 jiwa yang melayang di jalanan. Sementara, untuk korban luka berat juga meningkat. Dari 23 orang korban di tahun 2017, pada tahun 2018 ada 35 orang.
"Luka ringan di tahun 2017 ada sebanyak 34, dan pada tahun 2018 ada sebanyak 52 orang," ujarnya.
Namun, untuk kerugian materil akibat kecelakaan ini, sebut Rudy, menurun cukup signifikan. Dimana, pada tahun 2017 Rp282,75 juta, di tahun 2018 turun menjadi Rp169,45 juta. "Kerugian materil ini turun senilai Rp113,3 juta atau 40 persen," lanjut Rudy.
Rudy juga menjelaskan, angka kecelakaan selama operasi itu, terbanyak terjadi di Kabupaten Kampar, yakni 11 kejadian. Angka ini juga meningkat dari tahun sebelumnya dengan 6 kecelakaan.
Menyusul setelah itu Kota Pekanbaru, dengan jumlah 7 kecelakaan. Angka ini juga meningkat dari tahun sebelumnya yakni 6 kejadian. Di peringkat ketiga, yakni Kabupaten Siak dengan jumlah 7 kecelakaan. Angka ini sama dengan tahun sebelumnya.
Selanjutnya, Kota Dumai dengan 6 kecelakaan, Rokan Hilir (Rohil)/6, Bengkakis 5, Inhu 4, Dumai 3, Kuantan Singingi (Kuansing) 3, Indragiri Hilir (Inhil) 1 dan Rokan Hulu (Rohul) 1. "Di (Kepulauan);Meranti nihil. Tahun sebelumnya ada satu," sebut Rudy.
Kendaraan yang terlibat kecelakaan itu kata Rudy didominasi oleh sepeda motor, yakni 67 unit. Angka ini juga meningkat dari sebelumnya, yakni 44 unit. Mobil penumpang ada 7, bus 2, mobil barang 22, kendaraan khusus 1, dan kendaraan tidak bermotor nihil. "Totalnya ada 99 kendaraan. Tahun sebelumnya ada 75 unit," kata dia.
Dia juga menjelaskan tentang angka pelanggaran lalu lintas selama operasi. Selama 21 hari, ada sebanyak 10.200 kendaraan yang melanggar. Paling banyak adalah sepeda motor dengan jumlah 8.229. Menyusul mobil penumpang sebanyak 1.153, kemudian mobil barang 754, bus 62, dan kendaraan khusus 2.
"Pelanggaran paling banyak karena tidak memakai helm. Kemudian pelanggaran karena melawan arus," tuturnya.
Dia menjelaskan, selama operasi itu, tidak ada dilakukan penindakan. "Kita sengaja tidak menilang. Kita berikan peringatan kepada pelanggar. Ini adalah budaya simpati," sambungnya.
Dia juga menekankan kepada jajaran Dirlantas Polda Riau, untuk menyampaikan data yang sebenarnya. Sebab, di kemudian hari data ini akan disesuaikan dengan data di Jasa Raharja dan data lainnya. "Jangan sampai ada memainkan angka. Jangan hanya menyenangkan pimpinan saja," tegasnya.
Kemudian, kepada personil lalu lintas di lapangan kata Rudy, juga ditekankan untuk bersikap humanis kepada masyarakat. Jika masyarakat tersebut telah melanggar lalu lintas, maka personil tidak boleh arogan.
"Petugas harusnya menyampaikan terlebih dahulu pelanggarannya. Kalau melanggar, ditilang. Tapi perlakukan dengan humanis. Jangan dibentak lalu ambil kunci. Itu perlakukan zaman dulu. Sekarang udah zaman now," pungkasnya.
Reporter: Dodi Ferdian
Editor: Nandra F Piliang