RENGAT (HR)- Pasca terungkapnya pencabulan oknum guru kepada enam murid di SD 026 Pematang Reba, pihak Pemkab Inhu belum melakukan tindakan apapun, terutama instansi terkait. Bahkan pendampingan anak yang mengalami trauma pun belum diwacanakan.
Veni Darius, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (BP3AKAB), mengatakan, ia tidak mengetahui persis kasus tersebut.
"Saya masih baru, baru mendapat informasinya saja," ucap Veni saat dikonfirmasi. Veni kemudian mengarahkan guna mengklarifikasi terkait tindakan yang perlu dilakukan kepada kepala bidang yang menangani masalah anak tersebut.
Staf BP3AKAB Isnidar, mengakui tugas mereka melakukan pendampingan terhadap anak korban pencabulan atau kekerasan. "Kita hanya untuk melakukan pedampingan, kita tidak begitu tahu kasus itu," ucap Isnidar, saat ditanyakan terkait tindakan BPPPAKB terhadap korban pencabulan di SD 026. Isnidar menyebut, mereka telah menurunkan tim dan menyerahkan hal itu ke proses penyidik.
Hal yang berbeda diperoleh dari pernyataan ibu korban ST. Ia berkata, ia sama sekali belum pernah dijumpai BPPPAKB. "Saya belum ada jumpa dengan mereka," ucap ST. Meskipun begitu, ST berniat memberikan bimbingan konsultasi untuk mengobati trauma yang dialami oleh N.
Sementara itu, anggota DPRD Inhu Suharto, mengatakan ia berharap kepada aparat kepolisian segera menuntaskan masalah pencabulan ini dan kasus pencabulan lainnya di Inhu.
"Saya berharap Pemkab Inhu melalui lembaga terkait agar mendampingi para korban pencabulan anak di bawah umur termasuk memperhatikan psikologis anak-anak tersebut," ucap Suharto.
Sama halnya dengan Adila Ansori, Wakil Ketua DPRD Inhu. "Saya merasa prihatin dengan tingginya kasus pencabulan di Inhu dan berharap sekolah jangan sembarangan menerima guru honor sebelum betul- betul diketahui prilakunya, apakah layak menjadi guru atau tidak," ucap Ansori. (eka)