DURI (HR)- Ratusan petani sawit di Kecamatan Mandau mengeluh. Pasalnya saat ini buah sawit sedang mengalami masa trek panjang. Harga buah pun sering turun dan tak berpihak kepada petani.
Penderitaan mereka semakin bertambah karena harga pupuk juga naik sejak pemerintah menaikkan harga BBM beberapa waktu lewat.
"Semangat petani sawit di Mandau saat ini sedang lemah-lemahnya. Buah mengalami trek panjang. Penurunan panen antara 40-60 persen. Biasanya kebun saya menghasilkan 18-20 ton sawit tiap bulan. Kini paling hanya antara 3-4 ton saja.
Harga jual TBS saat ini oleh agen hanya Rp1.400 per kilo di kebun. Kalau dikalkulasikan, petani jelas mengalami kerugian tidak sedikit," jelas M Hasy'ari pemilik sawit di Mandau, Minggu (1/3).
Selain karena trek, kata Hasy'ari, penurunan jumlah panen juga dipicu oleh kenaikan harga pupuk. Akibat pupuk mahal, petani tak mampu lagi memupuk sawitnya secara maksimal.
"Biasanya saya memupuk sawit tiga sampai empat kali setahun. Kini hanya mampu satu kali saja. Pasalnya harga pupuk mahal. Kenaikan harga pupuk antara 20-30 persen. Itu terjadi saat pemerintah menaikkan harga BBM. Walau harga BBM sudah turun seperti semula, harga pupuk tetap saja, tak turun-turun. Karena kekurangan pupuk, otomatis produksi kami turun drastis," katanya.
Kalangan petani sawit di Mandau, tambahnya, juga selalu menjadi korban fluktuasi harga yang tak menentu. Penetapan harga TBS saat ini sangat ditentukan oleh produksi.
"Kalau produksi melimpah, harga sawit turun tajam meski harga CPO dunia naik. Ketika buah trek dan produksi sedikit, harga beli TBS dari petani hanya naik sedikit saja. Kondisi ini tentu saja sangat miris bagi petani," ucapnya.
Minta Pemerintah Intervensi
Kalau pemerintah benar-benar memperhatikan kesejahteraan petani, kata Hasy'ari lagi, sedapat mungkin pemerintah harus membentuk badan khusus. Badan itu berfungsi untuk menjembatani kepentingan petani sawit lewat Koperasi Usaha Tani dengan PKS dan distributor pupuk.
"Dengan adanya badan khusus itu, kita berharap harga beli TBS dari petani tak lagi ditentukan oleh sedikit atau banyaknya produksi. Harusnya ketika harga CPO dunia naik, harga beli TBS tak perlu diturunkan meski produksi melimpah," tuturnya.
Kalau pemerintah selaku penyayom tetap berpangku tangan, Hasy'ari yakin, petani sawit akan selalu menjadi korban permainan harga sawit yang seenaknya ditetapkan PKS dan agen.
"Sudah banyak petani sawit yang sejahtera di Mandau. Kalau pemerintah tetap diam dan menyerahkan harga kepada mekanisme pasar yang tidak sehat ini, kesejahateraan petani akan terus menurun. Malah akan ada petani yang kembali menjadi miskin.
Terutama petani yang memliki kebun tak luas. Sementara PKS tetap lancar operasinya dan terus beruntung ditengah-tengah kebuntungan petani," pungkasnya.(sus)