RIAUMANDIRI.co-Joseph LeDoux, dari Universitas New York, mengatakan bahwa ada dua jenis ingatan, seperti dikutip dari NY Times, Kamis (25/10/2017). Pertama adalah eksplisit, yang diciptakan dari pengalaman yang disadari. Kedua, implisit yaitu yang tercipta dari pengalaman masa lampau dan tidak berhubungan dengan pengetahuan seperti rasa takut melihat anjing karena pernah digigit sebelumnya.
Memori dikatakan dapat berubah dengan berjalannya waktu. Mengingat kenangan lama bisa saja memberikan konteks yang berbeda dengan keadaan saat ini. Karena itulah, ingatan lebih bersifat proses rekonstruksi, bukan rekaman. Ingatan manusia akan merekam ulang ingatan dan menciptakan ulang dengan detail yang cenderung berbeda.
Apalagi dengan semakin pesatnya teknologi, seseorang yang mengira dirinya mempunyai perhatian pada detail, justru tidak memiliki kemampuan dalam memperhatikan detail yang lain. LeDoux mengatakan, otak punya keterbatasan dalam memproses dan menyimpan data.
Melakukan pengulangan, misalnya dengan membaca dan mengucapkannya berkali-kali, dikatakan adalah salah satu cara sederhana untuk mempertahankan ingatan. Untuk bisa mengingat dengan benar, seseorang harus melatih otak agar fokus pada satu informasi tersebut.
Sayangnya, kebiasaan ini sering diabaikan karena manusia terlalu yakin bahwa dirinya makhluk yang produktif. Koneksi yang baru akan terbentuk di otak melalui pembelajaran. Oleh karena itu, permainan mengulang kata, pikiran, dan ide yang biasa dilakukan saat masih kecil dianggap permainan paling jitu untuk mengingat sesuatu.
Jangan buru-buru mengingat
Namun begitu, jangan terburu-buru dalam mengingat sesuatu. Robert Bjork dari UCLA mengatakan, memaksa ingatan dengan terburu-buru justru akan membuat ingatan tersebut cepat dilupakan.
Memberi jeda dalam mempelajari ingatan juga memerlukan waktu yang tepat, agar ingatan kemudian tidak hilang begitu saja. Cari waktu yang sesuai dengan diri Anda sendiri.
Cara lain dalam menguatkan ingatan adalah dengan mengubah posisi barang-barang di rumah atau kantor. Bahkan dikatakan, desain ruangan yang dilakukan pada beberapa kantor start-up atau open office membuat pekerja justru tidak produktif.
Hal ini terkait dengan desain ruangan tersebut yang akan memicu seseorang untuk menunda melakukan pekerjaan. Hal ini justru akan menyebabkan stres dan kurang fokus. Berhenti membaca banyak hal di internet dan fokus pada apa yang diperlukan akan memperkuat ingatan dan fokus seseorang.
Fokus pada hal yang dilakukan dikatakan adalah cara jitu memiliki ingatan yang kuat. Sayangnya, banyak orang merasa sanggup mengatasi berbagai macam gangguan, tidak fokus pada satu hal dan melakukan banyak hal sekaligus. Padahal melakukan kerja secara bersamaan, juga memiliki efek samping lain pada otak.(van)
Sumber : Liputan6.com