RIAUMANDIRI.co, UKUI - Putihnya rambut tak menyurutkan semangat Saptu (62) untuk mencari madu di hutan. Warga Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau ini, selama 32 tahun telah menjalani profesi sebagai pencari madu dari Pohon Sialang.
Cara ia memanen madu masih tradisional, yaitu memanjat Pohon Sialang setinggi 40 hingga 50 meter di malam hari. Cara ini sudah diwariskan turun temurun oleh keluarganya sejak dulu, memanen yang ramah lingkungan sehingga keberadaan madu dapat berkelanjutan.
"Kami pakai obor dari kayu jangkang namanya, tujuannya agar tidak merusak induknya, kalau di siang hari, bisa rusak dan induknya pergi," ujar Saptu sembari menunjukkan sebilah kayu yang dipakainya sebagai obor ketika mengambil sarang madu.
Beberapa tahun terakhir kerap terjadi pencurian Madu Sialang pada siang hari. Cara ini tidak mengikuti kearifan lokal sehingga mengancam keberadaan Madu Sialang.
Akibat tindak pencurian itu, lebah dan tawon yang bersarang di pohon Sialang tidak lagi kembali ke tempatnya, dan masyarakat menanggung kerugian karena tidak bisa lagi memanen madu di pohon itu.
Menurut Saptu, mengambil madu tanpa aturan dan prosedur secara adat, jelas merusak keseimbangan yang sudah dijaga sejak lama oleh warga desa.
Hal ini terlihat dari hasil yang mereka dapatkan. Sepuluh tahun lalu, mereka bisa empat kali panen, tetapi sekarang hanya sekali, itupun hasilnya jauh sekali berbeda. Selain itu, volume madu juga berkurang drastis. Sebelum aksi pencurian, Saptu dan kelompoknya dapat memperoleh madu hingga 1 ton saat panen.
"Sekali panen madu yang didapat hanya sekitar 100 kilogram. Belum lagi hasilnya masih harus dibagi dengan anggota kelompok pemanen sebanyak 5 orang," jelas Saptu.
Beruntung, lokasi Pohon Sialang tempat madu bersarang berdekatan dengan wilayah operasional PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP). Kelompok pemanen madu di Ukui memperoleh bantuan dalam menjaga kelanjutan produksi madu. Mencegah terjadinya pencurian madu, aparat keamanan RAPP rutin melakukan patroli di sejumlah lokasi pohon Sialang penghasil madu. Perusahaan ini turut membantu pemasarannya.
"Alhamdulillah setiap kami panen selalu ada pemesan dari Community Development (CD-red) RAPP jadi kami tidak lagi khawatir mau menjual madunya kemana," katanya.
Manajer CD RAPP, Marzum mengatakan kemitraan ini merupakan komitmen dari perusahaan terhadap kelestarian lingkungan dan peningkatan ekonomi masyarakat.
"Mengingat madu merupakan salah satu komoditas hasil hutan bukan kayu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Dengan merk Madu Foresbi tentu saja mendongkrak nilai
jual, apalagi madu ini dipanen diolah serta dikemas secara higienis," ujarnya. (rls/ral)