RIAUMANDIRI.co, PEKANBARU - Dengan diturunkannya angka suku bunga atau yang disebut BI 7 Day Repo Rate menjadi 4,25 %, dari sebelumnya 4,75% yang masih menjadi acuan bagi berbagai faktor dari moneter hingga makro ekonomi. Diharapkan akan memberikan dampak positif khususnya bagi angka investasi dan kredit di Riau.
Hal ini diungkapkan Kepala Bank Indonesia cabang Riau, Siti Astiyah kepada riaumandiri.co, Rabu (27/9). Menurutnya, langkah pemerintah menurunkan suku bunga adalah hal tepat, karena saat ini kondisi ekonomi sudah mulai membaik meski belum begitu signifikan.
"Penurunan ini memang sudah waktunya dilakukan, dan tidak ada alasan karena lemahnya kondisi ekonomi, tetapi sudah saatnya,"ujar Siti.
Dijelaskan Siti, dengan penetapan penurunan angka suku bunga pada 25 September kemarin, maka seluruh perbankan sudah ikut menerapkannya. Tentun dengan penurunan ini diyakini akan kembali menggairahkan sektor investasi dan kredit di Riau menjadi lebih baik lagi. Tidak hanya dirasakan imbasnya bagi bisnis tetapi juga bagi kesejahteraan masyarakat.
Seperti diberitakan sebelumnya secara nasional, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Dody Budi Waluyo mengatakan, bahwa keputusan untuk kembali menurunkan suku bunga acuan ini masih konsisten dengan realisasi dan perkiraan inflasi 2017 yang rendah serta perkiraan inflasi 2018 dan 2019 yang akan berada di bawah titik tengah dari kisaran sasaran yang ditetapkan.
“Penurunan suku bunga acuan ini juga sejalan dengan defisit transaksi berjalan yang terkendali dalam batas yang aman,” ujar Dody.
Menurutnya, risiko eksternal terutama yang terkait dengan rencana kebijakan Fed Funds Rate (FFR) dan normalisasi neraca bank sentral AS (The Fed) juga telah diperhitungkan. Penurunan suku bunga acuan ini diharapkan dapat mendukung perbaikan intermediasi perbankan dan pemulihan ekonomi domestik yang sedang berlangsung.
“BI memandang bahwa tingkat suku bunga acuan saat ini cukup memadai sesuai dengan prakiraan inflasi dan makroekonomi ke depan. BI terus berkoordinasi dengan Pemerintah untuk memperkuat bauran kebijakan dalam rangka menjaga stabilitas makro ekonomi dan memperkuat momentum pemulihan ekonomi,” pungkasnya.
Sementara, BI mencatat Pertumbuhan kredit per Juli 2017 sebesar 8,2 persen. Angka itu lebih tinggi dari bulan Juni 2017 yang hanya sebesar 7,8 persen.
Pertumbuhan kredit tertinggi berada pada sektor konstruksi sebesar 22,9 persen, jasa sosial 17,5 persen, listrik 12,5 persen, dan pertanian sebesar 11,4 persen. Sementara pertumbuhan kredit sektor lainnya masih rendah.
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 28 September 2017
Reporter: Renny Rahayu
Editor: Nandra F Piliang