RIAUMANDIRI.co, SELATPANJANG - Nasib tragis dialami Amelia (33) dan Sintia Bela (4) serta Asen (1), warga Jalan Nusa Indah, Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti. Nyawa ketiganya tidak bisa diselamatkan saat api berkobar dan menghanguskan rumah mereka yang huni di Jalan Sempurna, Kota Selatpanjang.
Kejadian memilukan itu terjadi Sabtu (23/9/2017) malam, sekitar pukul 21.00 WIB. Sejauh ini, penyebab kebakaran diduga berasal lampu teplok yang berada di rumah korban.
Dari pantauan di lokasi musibah, lokasi kebakaran berada di pemukiman warga dengan badan jalan yang sangat kecil.
Akibatnya, mobil pemadam kebakaran tidak bisa sampai ke lokasi kebakaran. Petugas hanya bisa memadamkan api dengan cara menyiram menggunakan alat seadanya, seperti ember dan pompa air dan dibantu BPBD Meranti, personel TNI/Polri serta warga sekitar.
Api baru bisa dipadamkan, setelah memakan waktu hampir dua jam.
Informasi di lapangan menyebutkan, saat kebakaran menimpa rumah petak tiga pintu yang mereka huni, Amelia sedang tertidur pulas bersama dua buah hatinya, yakni Sintia Bela dan Asen.
Sedangkan suaminya bernama Gege, tidak berada di rumah karena bekerja di Batam.
Sebenarnya, ada satu penghuni lain, yakni Kok Hoe, yang tak lain adalah bapak dari Amelia. Namun saat kebakaran terjadi, yang bersangkutan juga sedang berada di luar rumah.
Saat api mulai membesar, warga sekitar sempat berteriak mengingatkan Amelia untuk segera keluar dari rumah. Namun api begitu cepat membakar rumah yang terbuat dari kayu itu.
Warga sempat mendengar jeritan seorang perempuan dari dalam rumah, yang meminta tolong. Tapi jeritan tak tak bertahan lama.
Saat api membesar, jeritan yang menyayat hati itu pun tak lagi terdengar. Ketika api berhasil dipadamkan, warga dan petugas hanya menemukan tulang belulang.
Sangat Cepat
Rasa sedih pun tak bisa ditahan Kok Hoe, orangtua Amelia, yang juga kakek dari dua bocah malang tersebut. Ia menuturkan, kebakaran itu terjadi begitu cepat.
“Saat itu saya sedang menghadiri pesta pernikahan di Kelenteng Jalan Rintis. Terus saya dikasih tahu kalau rumah saya terbakar. Korban itu anak perempuan saya namanya Amelia (33) dan Sintia Bela (4) serta Asen (1) keduanya cucu saya. Itu rumah saya sewa, sudah sekitar lima tahun saya tinggal di sana,” ujarnya menahan sedih.
Setelah ditemukan, tulang belulang yang diduga kuat kerangka ketiga korban, langsung dibawa ke RSUD Kabupaten Kepulauan Meranti untuk menjalani proses visum.
Kapolres Kepulauan Meranti AKBP La Ode Proyek SIK Melalui Paur Humas Ipada Djoni Rekmamora, membenarkan adanya kejadian memilukan tersebut. Dikatakan, rumah petak yang terbakar tersebut ada tiga pintu. Yang pertama dihuni Ading, Kok Hoe dan Supriyadi.
Ditambahkannya, berdasarkan kesaksian salah seorang korban kebakaran, Supriadi, pada malam itu sekitar pukul 20.40 WIB, ia pulang ke rumah dan menemukan api sudah mulai membesar di petak rumah yang dihuni Kok Hoe.
Seketika itu juga ia langsung anaknya yang sedang tidur di depan televisi. Selanjutnya, ia membangunkan anggota keluarganya yang lain serta membawa mereka keluar rumah.
Ketika itu, tambah Ipda Djoni, Supriyadi sempat mendengar teriakan minta tolong dari rumah Kok Hoe.
Namun upayanya untuk memberikan pertolongan, tak jadi dilakukan karena telah membesar di bagian belakang rumah yang dihuni Ading.
Ketika itu, Supriyadi langsung berteriak meminta pertolongan dari warga sekitar. Namun api semakin membesar dan akhirnya memusnahkan tiga rumah petak yang terbuat dari kayu tersebut.
"Sekira pukul 21.30 WIB, dua unit mobil Damkar dibantu petugas gabungan Polri, TNI dan masyarakat, bersama-sama melakukan pemadaman kebakaran, dan sekira jam 23.00 WIB, api berhasil dipadamkan," jelasnya lagi,
Dari hasil olah TKP, dari rumah milik Kok Hoe, ditemukan tiga kerangka manusia, yang terdiri dari satu kerangka orang dewasa dan dua kerangka anak-anak.
Berdasarkan hasil identifikasi, kerangka tersebut adalah milik Amelia dan anak perempuannya Sintia Bella yang berusia empat tahun dan Aseng yang baru berusia satu tahun.
"Penyebab kebakaran, diduga api berasal dari dapur rumah KOK HO, di mana dalam kesehariannya rumah Kok Koe tidak dialiri listrik hanya menggunakan penerangan lilin dan lampu teplok," beber Djoni.
Sedangkan kerugian materil akibat kejadian itu ditaksir mencapai Rp400 juta. ***
Reporter : Tengku Harzuin
Editor : Mohd Moralis