JAKARTA, RIAUMANDIRI.co - Presiden Joko Widodo diminta untuk tidak menghidupkan mesin non-partai (relawan) dua tahun sebelum pelaksanaan Pemilu 2019.
Sebab, akan memberikan efek buruk bagi pelaksanaan kompetisi, dan banyak relawan juga tidak memiliki penanggung jawabannya terutama di media sosial (medsos).
Hal itu disampaikan Wakil Ketua DPR, Fahri Hamzah, yang mengomentari langkah Jokowi menghadiri Rapat Kerja Nasional Relawan Pro Jokowi, awal pekan lalu.
Menurut Fahri, menghidupkan mesin nonpartai pada dua tahun sebelum Pemilu bisa memberikan efek buruk.
"Efek buruknya adalah kompetisi ini akan liar. Sebab, banyak kelompok relawan yang tidak ada penanggungjawabnya, terutama relawan-relawan di media sosial," kata Fahri di Jakarta, Jumat (8/9/2017).
Akibatnya, kata Fahri, situasi politik akan memanas, tetapi sumbernya tidak jelas. Selain itu, "perang" antar-relawan juga berbahaya karena tidak ada aturan mainnya. Berbeda dari kompetisi antar-partai pendukung yang ada aturannya.
Fahri juga menyinggung Jokowi terkait sejumlah relawannya dalam Pemilu periode sebelumnya yang saat ini menduduki jabatan strategis di BUMN dan pemerintahan.
"Jadi menurut saya, Jokowi perlu hati-hati untuk memanaskan mesin yang bisa-bisa punya efek yang tidak terkendali juga, karena orang-orang ini banyak dan tidak teridentifikasi identitasnya," katanya.
Sudah kampanye
Pada kesempatan itu, Fahri menyayangkan sikap Presiden Jokowi sudah melakukan kampanye duluan, sementara kandidat lain belum muncul.
Menurut dia, pernyataan Jokowi pada forum itu, yang meminta Menteri Kabinet fokus bekerja dan menyerahkan kampanye kepada relawan, dianggap sebagai bentuk kepercayaan yang sangat besar terhadap efektivitas mesin non-partai.
Fahri mengatakan, bakal kandidat lain yang ingin maju Pilpres 2019, sebaiknya juga mengikuti langkah Jokowi dengan mulai "memanaskan" mesin non-partainya.
"Jelaslah Projo itu kan Pak Jokowi calonnya, dan Beliau sudah manasin mesin. Nah yang lain mana? Kok mesinnya belum dihidupin?" katanya.
"Apa karena enggak punya duit? Atau karena enggak punya kepercayaan diri? Atau belum jelas? Atau tidak percaya bisa dapat tiket, sementara Pak Jokowi sudah dapat," lanjut dia.
Fahri mengatakan, ia mendorong agar kandidat lain juga mulai melakukan hal yang sama agar muncul dialektika yang lebih sehat.
"Karena kalau kayak begini kan, (kelihatannya) kandidatnya baru satu (Jokowi saja)," kata Fahri.
Selain menantang para kandidat capres mempersiapkan relawannya, Fahri mengusulkan agar para relawan juga menggelar debat terbuka, sebelum debat resmi yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum.
"Jadi, relawan (mulai) main, boleh juga. Tetapi harus ada lawannya. Kandidat yang lain mana? Harus muncul. Jokowi sudah melaju dengan relawannya. Yang lain mana?" kata Fahri.
Jokowi sebelumnya bertemu kelompok relawan Pro Jokowi (Projo) dan berbicara mengenai Pilpres 2019.
Jokowi mengingatkan para relawannya, tahapan Pilpres 2019 sudah akan dimulai satu tahun dari sekarang. Penetapan capres dan cawapres sudah dimulai September 2018 mendatang.
"Artinya apa? Tahun depan itu sudah masuk tahun politik. Dan kalau sudah masuk tahun politik, pasti rame-ramenya lebih kenceng. Sahut menyahutnya pasti lebih kenceng. Bener, enggak?" ucap Jokowi.
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 09 September 2017
Reporter: Surya Irawan
Editor: Nandra F Piliang