TAHUN BADAI
bulan pertama,
dikumpulkannya satu demi satu butir yang mengalir dari mata
setelah badai membuatnya hampir tak bernyawa
ditutupnya bibir dari tanya
dibiarkannya mata buta dari tabir warna
sebab setiap lelap hanya mengukir siksa
bulan kelima,
ia tak berani melawan deru cuaca
karena udara telah terpilih sebagai ibu dari bencana
yg melahirkan ketakutan-ketakutan nyata
mengalirkan kesedihan-kesedihan tanpa jeda
menghadirkan kesakitan-kesakitan durja
bulan keduabelas,
angin masih belum memberinya tanda
meski linang air mata telah menjadi telaga
tempat ia membasuh luka demi luka
namun ia tak putus asa
tabah merajut doa-doa
jika nanti kesempatan ada
ia bertekad membatukan dada
Pekanbaru, April 2016
Hening Wicara, lahir di Rantau Berangin, Kampar, Riau, 12 Januari 1973. Telah menerbitkn sebuah buku puisi dan belasan buku antologi puisi dan cerpen. Bergabung di Komunitas Forum Lingkar Pena (FLP) Riau, sejak thn 2010. Sehari-hari berprofesi sebagai karyawati perusahaan telekomunikasi.