RIAUMANDIRI.co - Saat ini, banyak mobil yang telah menerapkan teknologi transmisi otomatis Continuously Variable Transmission (CVT). Hal ini tentunya memiliki perbedaan yang signifikan dengan teknologi otomatis konvensional yang telah kita kenal lebih dulu.
Pereli Tanah Air, Rifat Sungkar, menjelaskan mengenai perbedaannya.
"Transmisi otomatis konvensional adalah direct replacement dari transmisi manual, yang ada perubahan transmisinya bahkan hingga 8 kecepatan. Sedangkan transmisi CVT, sistem kerjanya persis seperti scooter. CVT memproporsikan RPM terbaik dengan kecepatan yang kita mau. Selain itu, dengan menggunakan transmisi otomatis CVT, membutuhkan sikap dan pengetahuan yang baru dari pengemudi," ungkap Rifat.
Dengan menggunakan transmisi otomatis CVT, pengemudi diimbau untuk tidak menginjak pedal gas terlalu dalam, karena karakternya persis seperti scooter yang jika kita pancing RPM mobil akan naik lebih dulu daripada kecepatan yang kita inginkan. Dengan kata lain, terdapat jarak antara menginjak pedal gas hingga mendapatkan tenaga mobil.
"Awalnya, teknologi CVT diterapkan pada mobil sedan, namun saat ini beberapa mobil berjenis SUV sudah menggunakannya. Sebenarnya, untuk perasaan mengemudi, baik transmisi otomatis konvensional maupun CVT sama-sama dibuat untuk kenyamanan mengemudi," lanjut Rifat.
Para pengemudi memang telah lebih dulu familier dengan transmisi otomatis konvensional karena perpindahan gigi lebih terasa. Di sisi lain, banyak pihak yang mengklaim jika CVT menambah kenyamanan mengemudi.
"Jadi saya bisa bilang, tidak ada jawaban yang pasti mana transmisi yang lebih baik, semua hanya preferensi pengemudi lebih menyukai yang mana. Pada transmisi otomatis konvensional, banyak pabrikan yang sudah memperbarui teknologi. Semakin banyak gigi, semakin sedikit penurunan RPM di setiap perubahan gigi tersebut. Jadi setiap mobil tenaganya lebih terjaga. Secara general, ini semua hanya pilihan. Dan secara perawatan, keduanya juga sama-sama perlu diperhatikan," pungkas Rifat. (odc/van)