PEKANBARU (HR)-Untuk menghindari pengaruh radikalisme yang berujung pada terorisme, khususnya bagi umat Islam. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Riau, menggelar sosialisasi anti ISIS/Terorisme dan anti Pancasila, bagi seluruh tenaga didik di Riau.
"Ini sebagai langkah awal bagi generasi penerus bangsa, agar tidak terpengaruh dan ikut-ikutan dalam paham tersebut, karena akan berdampak terhadap keamanan negara Republik Indonesia (RI)," ujar Kadisdikbud Riau, Dwi Agus Sumarno, Kamis (26/2).
Dikatakannya, saat ini kedua isu tersebut telah menyebabkan Islam di cap sebagai agama teror yang menyukai jalan kekerasan suci untuk menyebarkan agama. Meskipun anggapan itu masih mudah dimentahkan, namun fak-tanya para pelaku masih gampang melakukan perekrutan pada umat Islam lainnya yang saat ini sudah mulai merambah ke penjuru daerah, yang sasaranya lebih banyak pada lembaga pendidikan. Karena lembaga pendidikan merupakan tempat yang mudah dipengaruhi secara psikologi.
Dijelaskannya, kegiatan sosialisasi tersebut berkerjasama dengan Kepolisian Daerah Riau, sekaligus menjadi narasumber dalam sosialisasi tersebut Kapolda Riau, Bambang Dolly Hermawan. Kegiatan dibuka Plt Gubernur Riau, diwakili Asisten I, Kassiaruddin.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman lembaga pendidikan terhadap pengaruh orgnisasi terlarang. Meskipun Riau saat ini dinyatakan tidak ada keterlibatan, namun begitu perlu dilakukan kewaspadaan yang dimulai dari lembaga pendidikan. "Kita tahu sekolah bisa menjadi sasaran utamanya sudah pasti di tingkat sekolah, karena anak-anak didik kita itu masih rentan terpengaruh hal tersebut. Untuk itu, kita mulai dari tenaga didik agar bisa menjembatani dan memberikan pengertian kepada peserta didik, dampak dan bahaya paham tersebut. Diharapkan nantinya kegiatan ini bisa diteruskan oleh kabupaten/kota," ujar Dwi.
Sementara itu Kapolda Riau, Brigjend Pol Bambang Dolly Hermawan, mengatakan, pemahaman sosialisasi yang diberikan pada lembaga pendidikan itu terkait pengertian apa sebenarnya radikal yang berujuang terorisme tersebut. Karena, radikal terorisme itu berawal dari pemikiran yang dianggap benar. Maka itu, untuk penanggulanginya diberikan melalui pemikiran yang lebih tepatnya berada pada lembaga pendidikan. (nie)