TEMBILAHAN (RIAUMANDIRI.co) - Kabupaten Indragiri Hilir merupakan daerah dengan hamparan kelapa terluas di dunia. Maka tak heran, mayoritas masyarakatnya menggantungkan hidup dari hasil perkebunan kelapa.
Namun saat ini, lebih dari 100 ribu hektare perkebunan kelapa masyarakat Inhil mengalami kerusakan. Keadaan itu kian diperburuk dengan banyaknya perusahaan yang bermasalah, yang menyebabkan penderitaan para petani semakin mendalam.
Oleh karena itu, di Milad ke-52 Inhil tahun ini, diharapkan kesejahteraan petani kelapa dapat menjadi prioritas utama para pemangku amanah.
"Percuma kalau daerah kita merupakan hamparan kelapa terluas di dunia, jika masih banyak petani kelapa yang menjerit. Jadi kita berharap upaya penyelamatan perkebunan kelapa benar-benar serius," sebut Muhammad Kamal, salah seorang tokoh masyarakat Kecamatan Tanah Merah, Jumat (16/6).
Memang saat ini, di bawah kepemimpinan Bupati HM Wardan, harga kelapa sudah jauh lebih baik. Tapi saat ini harga kelapa masih belum stabil. Bahkan sekarang, kata Kama, harganya cenderung turun.
"Kemarin harga kelapa sudah luar biasa mencapai Rp 3.600. Ketika bulan suci ramadhan dan menjelang lebaran Idul Fitri, turun. Ya kurang dari Rp 3.000. Padahal, pada saat ini kebutuhan masyarakat jauh lebih banyak," ungkapnya kecewa.
Kemudian, M Kamal yang juga Ketua Dewan Presedium Pembentukan Indragiri Selatan (Insel) itu, sepakat dan mendukung secepatnya penerapan Sistem Resi Gudang (SRG).
"Dengan begitu, harga kelapa akan menjadi stabilitas dan menjadi lebih baik. Sehingga t
Perusahaan tidak semena-mena untuk patokan harga kelapa," pungkasnya.
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 17 Juni 2017
Reporter: Agus Ramli
Editor: Nandra F Piliang