DAMASKUS (RIAUMANDIRI.co) - Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, memperingatkan bahwa AS mungkin akan mengambil tindakan lebih lanjut setelah pihaknya melakukan serangan rudal ke pangkalan udara Suriah yang diduga menggunakan senjata kimia.
Nikki Haley mengatakan negaranya tidak akan berdiam diri ketika senjata kimia digunakan, tetapi Suriah dan Rusia menuduh serangan rudal AS tidak akan membantu tujuan dalam perang melawan terorisme.
Sementara Moskow berjanji untuk memperkuat sistem pertahanan anti-pesawat terbang Suriah dan negara-negara sekutunya.
Keterangan kelompok oposisi yang berpusat di Provinsi Idlib, serangan udara Rusia-Suriah telah menewaskan 89 orang, termasuk 33 bocah dan 18 perempuan, tewas.
Pihak Rusia dan Suriah juga dituduh menggunakan senjata kimia saat menyerang wilayah Khan Sheikhoun, yang dikuasai kelompok pemberontak. Sejauh ini Suriah membantah menggunakan senjata kimia.
Dalam Sidang darurat Dewan Keamanan PBB, Nikki Haley mengatakan tindakan AS itu untuk memastikan bahwa Presiden Suriah Bashar al-Assad tidak akan menggunakan senjata kimia lagi.
"Kami siap untuk melakukan tindakan lebih lanjut, walau kami berharap tidak memerlukannya lagi," katanya. "Ini adalah kepentingan keamanan nasional untuk mencegah penggunaan senjata kimia."
Dia kemudian menyalahkan Iran dan Rusia yang disebutnya mendukung pemerintah Suriah yang melakukan tindakan kejahatan. "Memperkuat posisi Assad akan menyebabkan lebih banyak pembunuhan," katanya.
Sementara, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Vladimir Safronkov, mengatakan serangan rudal AS sebagai tindakan tidak sah.
"Ketika Anda mengambil jalan Anda sendiri, ini menyebabkan tragedi yang mengerikan di kawasan itu," katanya.
Sebelumnya, dua kapal perusak Angkatan Laut AS di Laut Tengah menembakkan 59 rudal penjelajah Tomahawk ke pangkalan udara Suriah, Shayrat, di Provinsi Homs, sekitar pukul 04:40 pagi waktu Suriah.
Serangan itu ditargetkan pada pesawat-pesawat tempur Suriah, hangar pesawat, tempat menyimpan amunisi serta sistem pertahanan udara, lapor Pentagon.
Menurut AS, pangkalan udara Suriah itu digunakan untuk menyimpan senjata kimia, sehingga perlu "diambil tindakan pencegahan" untuk menghindari jatuhnya korban.
Departemen Pertahanan AS mengatakan, pihaknya telah memberitahu Rusia tentang rencana serangan tersebut.
Seorang pensiunan pegawai negeri Suriah, Mateea Zefa, yang tinggal di dekat pangkalan, mengaku menyaksikan "kerusakan parah" di pangkapan udara tersebut.
"Kami melihat banyak bom," katanya kepada BBC melalui telepon. "Itu adalah malam yang sulit. Rumah saya rusak, hampir semua jendela pecah dan beberapa dinding rumah kami retak."
Sejumlah bangunan di dalam pangkalan itu juga hancur total, tambahnya. Beberapa bocah dan orang dewasa terluka oleh pecahan kaca, tetapi tidak ada warga sipil yang tewas.
"Korban tewas dan cedera serius adalah prajurit Suriah," katanya seraya menambahkan bahwa mereka telah dilarikan ke rumah sakit.
Editor: Nandra F Piliang
Sumber: Viva.co.id