PEKANBARU (RIAUMANDIRI.co) - Terhitung Maret, Riau mengalami inflasi sebesar 0,27 persen, dengan share Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 129,85 persen. Salah satu faktor pemicu inflasi yakni disebabkan karena kenaikan harga bawang merah dengan andil sebesar 0,06 persen.
Data tersebut diungkapkan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Riau, Aden Gultom dalam acara rilis pertumbuhan ekonomi bulanan, Senin (3/4) di Kantor BPS Riau.
Dikatakannya, dari angka inflasi di tiga kabupaten/kota, Kota Pekanbaru merupakan daerah terbesar penyumbang inflasi yakni 0,38 persen, kemudian diikuti Dumai sebesar 0,19 persen dan Tembilahan dengan share paling rendah sebesar 0,01 persen.
Namun secara nasional, pertumbuhan ekonomi mengalami deflasi sebesar 0,02% (mtm). Jika dilihat dari 23 kota di Sumatera, 8 kota mengalami inflasi dengan tertinggi di Kota Bungo sebesar 0,71 persen, diikuti oleh Pekanbaru dan Pangkal Pinang sebesar 0,38 persen. Sementara terendah terjadi di Tembilahan sebesar 0,01 persen.
Sementara itu, pada 15 kota lainnya di Sumatera mengalami deflasi dengan yang tertinggi terjadi di Kota Tanjung Pandan sebesar 1,49 persen. "Dari 10 Ibu Kota Provinsi di Sumatera, inflasi tertinggi terjadi di Pekanbaru," katanya.
Sementara itu, dalam rilisnya, Suhariyanto, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mengungkapkan deflasi agak di luar perkiraan. Bahkan hasil perhitungan BPS telah melampaui perkiraan sejumlah ekonom dan Bank Indonesia yang menyatakan akan terjadi inflasi.
"Karena ada panen raya bisa menetralisir kenaikan tarif listrik rumah tangga 900 VA, dan kenaikan harga Pertamax dan Pertalite," ujarnya.
Adapun komponen yang berpengaruh pada deflasi antara lain kelompok bahan pangan yang mengalami deflasi sebesar 0,66% dan transportasi, komunikasi dan jasa keuangan turun sebesar 0,13%.
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 04 April 2017
Reporter: Renny Rahayu
Editor: Nandra F Piliang