BANGKINANG (HR)-Dirasa kurang luas, Bupati Kampar, H Jefry Noer, menambah lagi lahan untuk perkampungan teknologi di Kabupaten Kampar. Lahan sebelumnya di Sungai Abang, Dusun Telo, Desa Muara Uwai, kini telah dibebaskan seluas 120 Ha.
Jefry Noer, ketika meninjau Perkampungan Teknologi Telo, Selasa (24/2), menyebutkan, lahan di Dusun Tello ditambahkan dengan lahan yang terletak di Sungai Abang, Dusun Telo, Desa Muara Uwai, Kecamatan Bangkinang, maka luas lahan mencapai 514 hektare. di lahan ini, bisa hidup 200 kepala keluarga, sedikitnya 100 KK.
Jefry Noer mengungkapkan, lokasi Ini bekas pengambilan sirtu. Lahan ini ditinggalkan begitu saja, seluas 150 ha. Jika ditambahkan dengan lahan yang sudah ada, maka total lahan ini mencapai 514 hektare. "Saya takut jika lahan ini dibiarkan saja, maka bisa merusak lingkungan, karena lahan ini diambil sirtunya saja dan ditinggal saja tanpa ada perbaikan lubang-lubang bekas galian C. Karena itu, saya berinisiatif untuk membebaskan lahan ini dan akan dibangun perkampungan teknologi, serta dibuatkan akses menyatu dari Dusun Tello yang sudah ada hingga ke lahan ini," ujar Jefry Noer.
Melalui Hasil maping oleh Camat Bangkinang, masyarakat bisa menempati lahan ini untuk dibuat rumah tangga mandiri pangan dan energim seperti yang sedang dibangun di Desa Kubang, Kecamatan Siak Hulu. Jefry Noer menjelaskan, untuk membangun kawasan mandiri pangan dan energi, dapat dilakukan di atas lahan seluas 1,000 meter persegi.
Di lahan tersebut dapat dipelihara empat ekor sapi. Bila sapinya merupakan sapi Brahman, namun bila yang dipelihara Sapi Bali, maka jumlahnya bisa enam ekor. Jefry menambahkan, di lokasi itu dibangun pula untuk pemeliharaan ayam petelor dengan hasil sekitar 50 butir telor per hari. Dari sapi yang dipelihara tersebut akan menghasilkan lebih kurang 40 liter urine yang harganya bisa mencapai Rp15 ribu per liternya, untuk pupuk perkebunan berkualitas tinggi.
Untuk kotoran padat juga demikian. "Dari hasil kotoran sapi saja, rumah tangga tersebut sudah bisa menambah penghasilan keluarga, belum lagi dari hasil lainnya seperti bawang, cabai dan sayuran. Tentunya ini tidak dapat dikerjakan oleh keluarga itu sendiri, tapi mengambil tenaga kerja sekurang-kurangnya 3 orang," ujarnya.
"Inilah tujuan kita untuk mengembangkan Rumah Tangga Mandiri tersebut, sehingga dapat mengurangi pengangguran dengan merekrut tenaga kerja dari keluarga itu sendiri, maupun dari luar. Tidak saja desa ini bisa menampung hingga 200 Kk, lahan ini bisa pula menjadi objek wisata hingga masyarakat di sekitar ini juga bisa menikmati dan berusaha apa saja, hingga menimbulkan kemapanan warga desa ini," papar Jefry Noer.(adv/humas)