PEKANBARU (RIAUMANDIRI.co) - Prediksi Bank Indonesia pada triwulan I tahun 2017 ekonomi Riau akan tumbuh diangka 2-3 persen. Angka tersebut tidak jauh berbeda dari kinerja ekonomi Riau pada triwulan IV tahun 2016, yang tumbuh diangka 2,22 persen.
Demikian diungkapkan oleh Kepala Bank Indonesia di Riau, Siti Astiyah kepada riaumandiri.co, Kamis (23/3) usai acara forum diskusi Ekonomi dan Outlook Regional Riau, yang dihadiri oleh jajaran forkompida. Hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut Kepala pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementrian Pertanian Dr. Ir. Handewi Purwati Saliem, MS, dan Pengamat Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Hermanto Siregar.
Menurut Siti Astiyah, angka tersebut sudah mencerminkan bahwa pertumbuhan ekonomi Riau masih lebih rendah dibandingkan angka nasional dan se Sumatera. Namun begitu, meski tumbuh diangka 3 masih terlihat positif.
Karena saat ini pemerintah daerah juga sudah banyak melakukan perbaikan terhadap kinerja pemerintahan, yang tentunya akan berpengaruh terhadap perekonomian daerah. "Jadi kita perlu menanamkan keyakinan dan optimisme yang tinggi bagi seluruh lembaga keuangan, pemangku kebijakan dan juga masyarakat. Karena tujuannya untuk memperbaiki kondisi ekonomi daerah," ujar Siti.
Dijelaskannya, pertumbuhan ekonomi Riau pada triwulan berjalan diperkirakan masih ditopang oleh permintaan domestik yang kuat. "Terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga, pemerintah, dan investasi sejalan dengan menguatnya kenaikan Upah Minimum Provinsi, daya beli masyarakat, percepatan pengesahan APBD serta berlanjutnya pembagunan proyek infrastruktur strategis pemerintah," ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan perbaikan harga komoditi andalan serta membaiknya kondisi perekonomian mitra dagang, diperkirakan juga mampu memberikan dampak kinerja sektor perekebunan dan industri pengolahan. Adanya indikasi kenaikan harga barang pada awal tahun ini turut mendorong peningkatan kinerja sektor peradangan.
Secara spesifik dalam kajian ekonomi BI, industri kelapa sawit memiliki peran yang besar dalam menyokong ekonomi Riau. Dengan luas kebun sawit Riau yang mencapai lebih dari 2,42 juta hektare, kelapa sawit dan produk turunannya menopang sebesar 39,31 persen dari perekonomian Riau, dan lebih besar ketimbang sektor pertambangan dan penggalian yang sumbangannya pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Riau 2016 mencapai 22,65 persen.
Ia menambahkan, dari sisi inflasi, realisasi inflasi Riau pada Januari 2017 sebesar 5,12 persen (yoy), dan lebih tinggi jika dibandingkan posisi Desember 2016 yang sebesar 4,04 persen (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi pada Januari 2017 terutama didorong oleh kenaikan tarif listrik, rokok kretek filter, rokok putih, dan
besin.
"Sementara meningkatnya tekanan inflasi core Januari 2017 disebabkan oleh kenaikan tarif pulsa ponsel, sewa rumah dan mobil. Selain itu, tekanan inflasi volatile food pada awal tahun berasal dari berkurangnya pasokan komoditas ikan segar seperti ikan mujair dan
udang basah," pungkas Siti Astiyah.
Baca juga di Koran Haluan Riau edisi 24 Maret 2017
Reporter: Renny Rahayu
Editor: Nandra F Piliang