BANGKINANG KOTA (riaumandiri.co)-Sejumlah desa yang berada di kawasan hilir Sungai Kampar, mulai tergenang air, Minggu (5/3). Kondisi ini terjadi setelah dibukanya pintu air di bendungan PLTA Koto Panjang, sejak Jumat (3/3) lalu.
Diperkirakan, kondisi ini akan terus berlanjut dan tidak tertutup kemungkinan akan meluas.
Sejauh ini, pengelola bendungan PLTA Koto Panjang belum bisa memastikan kapan akan menutup kembali pintu air. Hal itu disebabkan, hingga Minggu siang kemarin, elevasi air di permukaan bendungan masih tinggi,
Pintu
yakni mencapai 82,48 meter di atas permukaan laut (mdpl). Angka ini masih berada pada batas toleransi, sehingga mau tak mau pintu air di bendungan itu harus tetap dibuka. Saat ini, pintu yang dibuka mencapai satu meter.
Tingginya elevasi air di bandungan PLTA Koto Panjang, juga tidak terlepas akibat tingginya kucuran air dari kawasan hulu, seperti dari kawasan Pangkalan Limapuluh Kota, Sumatera Barat, yang juga dilanda banjir yang parah.
Dari pantauan Haluan Riau, salah satu kawasan yang mulai tergenang akibat dibukanya pintu air bendungan tersebut adalah Desa Teratak Buluh, Kecamatan Siak Hulu. Sejak Minggu pagi kemarin, aliran Sungai Kampar di desa tersebut sudah mulai meluap dan sudah ada yang melintas di halaman perkarang rumah warga. Setidaknya sebannyak 4 unit rumah warga, kebun karet, sawit dan pisang dengan luas ditaksir 12 hektare juga ikut terendam.
Kondisi yang sama juga terjadi di Desa Tanjung Balamm Kecamatan Siak Hulu. Di tempat ini, luapan sungai Kampar mulai menggenangi halaman rumah warga serta memutus jalan desa. Bahkan jembatan kayu di desa itu nyaris tenggelam.
"Air sudah mulai menggenangi halaman rumah warga, sekitar 15 rumah, kebun sawit 7 hektare, kebun pisang 1 hektare, kebun karet 6 hektare," ungkap Kades Tanjung Balam, Sibus.
Sedangkan menurut Kades Lubuk Siam, Amrijono, di desanya terdapat 10 rumah yang mulai tergenang air, kebun 10 hektare sawit, kebun pisang 7 hektare, kebun karet 8 hektare
Warga dan kades dua desa berharap, BPBD mau menyediakan perahu karet di desa tersebut karena jarak dari Desa Tanjung Balam maupun Desa Lubuk Siam ke Teratak Buluh kalau naik pompong selama 1,5 jam.
"Dan juga masyarakat berharap adanya pos bencana banjir ditempatkan di Desa Lubuk Siam, bukan hanya di Teratak Buluh saja, apalagi akses jalan tertupus akibat banjir," ujar Amrijono.
Masih Dibuka
Terpisah, Manager SDM dan Umum PT PLN Wilayah Riau dan Kepulauan Riau (WRKR), Dwi Suryo Abdullah, mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan kapan pintu bendungan PLTA Koto Panjang akan ditutup kembali.
Pasalnya, hingga Minggu siang kemarin, elevasi ketinggian air sudah mencapai 82,48 mdpl. Sehingga pintu yang dibuka mencapi jarak satu meter.
"Kita belum bisa pastikan pintu ditutup, karena untuk penutupan pintu bendungan tersebut kita hatus menunggu hingga curah hujan menurun dan inflow kembali normal yakni di bawah 600 m3/s," ujar Dwi.
Dijelaskannya, dari tiga unit turbin yang beroperasi bisa menghasilkan beban 114 MW. Apabila ketinggian air tersebut ditahan, dikhawatirkan akan membuat bendungan jebol. "Karenanya pintu air masih dibuka," tambahnya.
Dengan kerja tiga turbin tersebut, akan menghasilkan menghasilkan beban sebesar 1.051, 52 m3/s. Sementara untuk kondisi normal inflow yang diperlukan hanya 600 m3/s saja.
"Kita berharap kondisi ini tidak akan berlangsung lama, dan bisa segera surut. Kita tetap berharap masyarakat tetap waspada dan tidak berada di pinggir area sungai khususnya di hilir Sungai Kampar. Guna menghindari derasnya arus," imbaunya.
Sementara itu, masih tingginya intensitas hujan di Kabupaten Kampar dan sekitarnya, Kapolsek Siak Hulu Kompol Vera Taurensa Ss, MH mengimbau warga tidak melaksanakan aktivitas di sepanjang aliran Sungai Kampar.
Ia juga meminta masyarakat aktif memantau, mengawasi dan melarang anak-anak bermain di pingir sungai. Selain itu, warga juga diimbau segera mengungsikan ternak dan barang-barang berharga penduduk ketempat yang lebih aman. (ari, nie, oni)