Ada kisah menarik tentang Nabi Khidir ‘Alaihis salam. Nabi Khidir ‘Alaihi salam mendapatkan perintah dari Allah Ta’ala melalui mimpi. Di dalam mimpi disebutkan, Allah Ta’ala memerintahkan Nabi Khidir ‘Alaihis salam untuk berjalan ke arah barat. Kemudian, beliau diperintahkan melakukan lima hal terkait lima peristiwa yang akan beliau temui di sepanjang perjalanan.
“Pertama, makanlah apa yang engkau lihat (hadapi). Kedua, sembunyikan apa yang engkau temukan. Ketiga, terimalah apa yang datang kepadamu. Keempat, jangan kecewakan yang datang kepadamu. Kelima, larilah engkau dari apa yang ditemui.”
Keesokan harinya, Nabi Khidir ‘Alaihis salam berjalan ke arah yang diperintahkan. Agak lama perjalan yang ditempuh, sosok yang diutus sebagai salah satu guru kehidupan bagi Nabi Musa ‘Alaihis salam ini bertemu dengan sebuah bukit.
Nabi Khidir ‘Alaihis salam bingung. Sebab, perintah pertama dalam mimpinya semalam menyebutkan, “Makanlah apa yang engkau temui.”
Beliau pun menebalkan tekad, mengumpulkan keyakinan. “Aku,” ujar Nabi Khidir ‘Alaihis salam, “diperintahkan untuk memakan apa yang aku temui, tapi ini sungguh mustahil (memakan bukit).”
Namun Nabi Khidhir ‘Alaihi salam terus mendekat ke arah bukit hingga datanglah sebuah keajaiban. Bukit mengecil hingga sebesar roti. Nabi Khidir ‘Alaihis salam pun mengambilnya dengan tangan lantas memasukkannya ke dalam mulut.
“Alhamdulillah, aku telah berhasil melakukan perintah pertama. Mudah-mudahan Allah Ta’ala memudahkan bagiku untuk menerima pelajaran yang tersirat di dalamnya.” ujar Nabi Khidir ‘Alaihi salam, lalu melanjutkan perjalanan.
Di tengah perjalanan, beliau menjumpai benda kedua. Sebuah mangkuk berbentuk emas. Beliau langsung ingat dengan perintah dalam mimpi agar segera menyembunyikannya. Maka beliau bergegas menggali tanah untuk menyembunyikan mangkuk tersebut.
Anehnya, mangkuk emas itu bisa bergerak. Setelah dimasukkan ke dalam lubang, ia bisa menembus tanah dan kembali ke permukaan. Terus bergitu. Terulang berkali-kali.
Nabi Khidir ‘Alaihi salam tidak menghiraukan mangkuk emas yang kembali muncul ke permukaan tanah berkali-kali meski sudah disimpan di dalam tanah. Beliau melanjutkan langkah. Menuju arah yang diperintahkan dalam mimpinya.
Di tengah melanjutkan perjalanan, ada seekor burung kecil yang menghampirinya. Ia tengah dikejar oleh seekor elang. Kepada burung kecil, Nabi Khidir ‘Alaihis salam teringat perintah ketiga; terimalah apa yang datang kepadamu. Maka beliau pun menerima kehadiran si burung dan menyimpannya dengan baik.
Tak lama setelah itu, datanglah elang yang kelaparan. Tanya si elang, “Apakah Tuan melihat seekor burung yang tengah berlari? Aku didera lapar. Jika melihatnya, tolong beritahukan kepadaku.”
Nabi Khidir kembali didera bingung. Burung elang adalah hal keempat yang beliau temui. Perintahnya, jangan kecewakan yang datang kepadamu, penuhi hajatnya.
Di waktu yang sama, Nabi Khidir ‘Alaihis salam merasa kasihan jika harus melepaskan burung kecil, karena nyawanya terancam. Beliau pun diam sejenak hingga mendapatkan ilham.
Akhirnya, Nabi Khidir ‘Alaihis salam membuat kesepakatan dengan burung kecil dan burung elang. Beliau hendak memotong bagian tubuh burung kecil, sebagiannya untuk diberikan kepada si elang.
Keduanya sepakat. Nabi Khidir ‘Alaihis salam melakukannya dengan hati-hati, lalu memberikan potongan daging burung kecil kepada si elang. Setelah makan, si elang pergi. Burung kecil juga dilepaskan.
Alhamdulillah, bisik Nabi Khidir ‘Alaihis salam, karena Allah Ta’ala aku bisa melakukan apa yang diperintahkannya.
Nabi Khidir ‘Alaihis salam lantas bergegas melanjutkan perjalanan. Masih ada satu hal yang akan beliau temui. Saat tengah melihat ke sekeliling, terdapatlah seonggok bangkai. Inilah peristiwa kelima yang diperintahkan, tinggalkanlah apa yang engkau temui. Jangan dihiraukan.
Hikmah Lima Kejadian
Nabi Khidir ‘Alaihi salam pun bergegas mencari tempat untuk beristirahat. Saat malam tiba, beliau berdoa kepada Allah Ta’ala, meminta petunjuk atas hikmah di balik lima peristiwa yang dialami.
Di dalam mimpi, beliau mendapati sebuah suara yang menjelaskan maksud dari lima peristiwa yang dialami.
Pertama, yang diperintahkan untuk dimakan itu marah. Mula-mula terlihat besar, tapi jika bersabar, mengawal, dan menahannya maka kemarahan itu semakin kecil, tidak terasa.
Kedua, mangkuk emas merupakan perlambang kebaikan. Disembunyikan seperti apa pun, dia akan tetap terlihat.
Ketiga, burung kecil merupakan perlambang amanah. Harus diterima. Jangan dikhianati.
Keempat, jika ada orang yang datang menyampaikan keperluan, berikanlah meski engkau membutuhkannya.
Kelima, bau yang busuk itu merupakan ghibah atau menceritakan keburukan seseorang sehingga harus ditinggalkan.
Mahabenar Allah Ta’ala dengan segala firman-Nya dan segala hikmah yang Dia berikan di balik semua perintah.*