JAKARTA (RIAUMANDIRI.co) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada perdagangan Rabu pekan ini. Sentimen yang menekan rupiah berasal dari dalam dan juga luar.
Mengutip Bloomberg, Rabu (1/3/2017), rupiah dibuka di angka 13.363 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.338 per dolar AS.
Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah berada di kisaran 13.347 per dolar AS hingga 13.338 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih mampu menguat 0,79 persen.
Berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.361 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.347 per dolar AS.
Dolar AS memang menguat pada perdagangan hari ini sehingga menekan mata uang di Asia termasuk rupiah. Penguatan dolar AS karena angka kepercayaan konsumen AS pada Februari secara tak terduga naik ke level tertinggi sejak Juli 2001.
Sebagian besar orang Amerika cukup optimistis dengan kondisi ekonomi di masa depan. "Masyarakat menilai bahwa kondisi bisnis dan juga pasar tenaga kerja akan lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya," jelas Ekonom Conference Board, Lynn Franco.
Sedangkan ekonom PT Samuel Sekuritas Rangga Cipta menjelaskan, Dollar index memang sempat melemah di pembukaan, tetapi kemudian kembali kuat berbarengan dengan kenaikan US Treasury yield. Hal tersebut membaut rupiah tertekan.
Sedangkan dalam negeri, tekanan rupiah karena angka inflasi yang cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan angka inflasi pada bulan kedua di tahun ini 0,23 persen. Sedangkan untuk inflasi dari tahun ke tahun tercatat 1.21 persen dan untuk inflasi tahun kalender di angka 3,83 persen.(lp6/lan)