Pelaku Pernah Ditangkap, Kemudian Lepas

Selasa, 28 Februari 2017 - 08:38 WIB
Tim Inafis melakukan olah TKP di lokasi ledakan bom panci di Taman Pandawa, Bandung, Jawa Barat, Senin (27/2).
BANDUNG (riaumandiri.co)-Ketenangan Kota Bandung, Jawa Barat, tiba-tiba terganggu dengan ledakan bom panci yang terjadi Senin (27/2) kemarin. Tersangka pelaku peledakan bom, Yayat Cahdiyat, akhirnya dibekuk petugas setelah sempat ditembak. Pria itu kemudian akhirnya meninggal setelah sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit.
 
Belakangan diketahui, Yayat beberapa waktu lalu, pernah diamankan petugas Kepolisian dalam kasus dugaan teroris. Namun belakangan, ia dilepaskan karena tidak cukup bukti. Terkait aksi yang sempat membuat Kota Bandung menjadi tegang itu, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri, Irjen Boy Rafli Amar menyatakan, bom panci tersebut meledak di Taman Pandawa, Kelurahan Arjuna, Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, Jawa Barat. Aksi itu dilakukannya sekitar pukul 09.00 WIB.
 
Pria itu mengendarai sepeda motor dan meletakkan panci di atas meja yang ada di sudut lapangan di seberang Sekolah Dasar Kresna Pandawa. Setelah panci meledak, pelaku langsung berlari menuju ke arah kantor Kelurahan Arjuna dengan membawa sebilah pisau di tangannya. Sambil berjalan, ia sempat membentak sejumlah pengguna jalan atau masyarakat yang tengah berjalan di trotoar.
 
"Kemudian, pelaku melanjutkan aksi terornya, berlari menuju lantai dua kantor Kelurahan Arjuna sambil mengamuk dan melempar kursi ke lantai satu," tuturnya.
 
Pelaku akhirnya berhasil dilumpukan polisi dengan tembakan. Selanjutnya, ia dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Sartika Asih, Jalan Moch. Toha, Bandung. Namun saat menjalani perawatan, Yayat kemudian meninggal. 
 
"Meninggal di rumah sakit," ungkap Boy. Sementara itu, suasana tegang langsung terjadi di Kantor Kelurahan Arjuna, saat Yayat datang dengan membawa pisau di tangannya. Seperti dituturkan Sekretaris Kelurahan Arjuna, Ganjar Budi, pria itu masuk ke kelurahan saat dikejar-kejar warga. 
"Saat dia masuk, kami semua panik karena dia bawa pisau dan mengancam," ujarnya.
 
Di kantor kelurahan itu, pria itu bertanya siapa yang pimpinan di sana.
 
"Mana pimpinan di sini, saya tidak takut," kata Ganjar menirukan perkataan pelaku. Namun pertanyaan itu tak dijawab para pegawai kelurahan. 
 
Pelaku kemudian pindah ke lantai dua kantor kelurahan. Di sana ia sempat mengamuk dengan melemparkan sejumlah perabotan ke lantai satu. 
 
Para pegawai menurut Ganjar sempat mengimbau pelaku untuk menyerahkan diri. "Tapi dia tetap saja bertahan dan mengatakan 'tidak takut, tidak takut'," ujarnya.
 
Tak beberapa lama kemudian, polisi datang. Para pegawai pun memilih kabur menyelamatkan diri keluar kantor kelurahan. Polisi akhirnya menembak pria tersebut dan membawanya ke rumah sakit. 
 
Pernah Ditangkap 
Terkait aksi peledakam bom itu, Ketua RW 1, Kampung Cukanggenteng, Desa Cukanggenteng Kecamatan Pasirjambu Kabupaten Bandung, Gatot, mengungkapkan Yayat Cahdiat pernah mengontrak rumah di Kampung Cukanggenteng sekitar 2010. Namun, dia pernah mendapat kabar jika yang bersangkutan pernah ditangkap polisi dalam kasus dugaan terorisme. 
 
Tidak adanya bukti yang cukup membuat Yayat dilepaskan oleh pihak kepolisian. "Yayat dikabarkan telah ditangkap Polisi dengan kasus dugaan teroris, namun karena tidak cukup bukti ia dilepaskan kembali. Setelah itu, Yayat dan keluarganya ini tidak pernah kembali ke kampung Cukanggenteng," ujarnya.
 
Menurutnya, pada 2015 lalu, yang bersangkutan diketahui mengajukan permohonan membuat KTP baru di tempat tersebut dengan membawa surat pindah dari Purwakarta. Namun, dirinya melihat usai keluar dari penjara perilaku dan pemikiran Yayat terlihat aneh.
 
"Kepada jamaah pengajian saya juga menganggap berbeda paham. Nah mungkin awalnya dia menganggap kami ini sama dengan dia, tapi ternyata tidak. Sehingga dia dan keluarganya pergi meninggalkan kampung ini," ungkapnya. 
 
Ia menuturkan, selama tinggal di kampung Cukanggenteng, Yayat tidak pernah ditemui oleh sanak saudaranya bahkan di Purwakarta ia tidak memiliki keluarga.
 
"Kami jadi malu dan tidak nyaman dengan kejadian ini. Khawatir ada dugaan dari masyarakat lainnya kampung kami dianggap sarang teroris," katanya. 
 
Gatot mengaku tidak mengetahui latar belakang Yayat atau pun istrinya. Sebab, dirinya baru menjabat sebagai ketua RW. Sehingga tidak terlalu tahu sosok Yayat dan keluarganya. 
 
Kepala Desa Cukanggenteng, Hilman Yusuf bersama Camat Pasirjambu mengintruksikan pada semua Ketua RW untuk selalu mendata dan mengawasi pendatang yang datang ke wilayahnya. Pengecekan identitas harus dilakukan. 
 
Apresiasi 
Sementara itu, Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla mengatakan, teror bom tidak hanya terjadi di Indonesia saja namun juga di seluruh dunia. Menurutnya, tidak ada negara yang bebas dari teror bom.
 
"Dimana-mana ada teror seperti itu, tidak ada negara yang bebas dari hal-hal tersebut apakah di Asia, Timur Tengah, Eropa, bahkan Amerika," ujarnya. 
 
 
Jusuf Kalla mengapresiasi kinerja aparat kepolisian maupun TNI yang sudah bekerja dengan baik dalam menangani aksi teror. Apalagi, Indonesia memiliki luas wilayah yang besar sehingga pergerakan teroris sangat luas.
 
"Bahwa ada satu dua lolos ya gimana negeri kita memang luas, tapi jangan lupa Densus dan tentara bekerja dengan sangat baik," kata Jusuf Kalla. (bbs, dtc, cnn, rol, ral, sis) 

Editor:

Terkini

Terpopuler