BENGKALIS (HR)-Perbaikan nasib yang diharapkan petani karet sepertinya hanya sebuah mimpi yang sulit terwujudkan. Jangankan untuk memperbaiki nasib, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja sudah tak dapat diandalkan. Bayangkan, harga karet perkilogram hanya dapat untuk membeli 1/2 kg saja saat ini.
"Menanam pokok karet ini awalnya memang saya cita-citakan untuk biaya pendidikan anak saya kelak. Tapi kenyataan yang dihadapi sekarang, jangankan untuk biaya pendidikan, untuk biaya hidup sehari-hari saja sulit. Harga karet tak pernah naik, bahkan cenderung terus menurun. Sekarang harga karet hanya Rp5.000-Rp6.000 perkilogram," ujar salah seorang petani karet, Nuriyah, Minggu (22/2).
Dikatakan Nuriyah, walau menoreh dilakukan pagi petang, hasil dari menjual karet tetap tak dapat diharapkan. Bayangkan saja katanya, kalau misalnya dari menoreh seminggu hanya dapat terkumpul 10 kg, uang yang dihasilkan hanya 60 ribu.
"Sementara untuk kebutuhan satu hari dengan kondisi harga barang saat ini, setidaknya kami harus mendapatkan Rp50 ribu. Harga karet perkilo saat hanya dapat untuk beli beras 1/2 kg," kata Nuriyah.
Petani lainnya, Badar juga mengeluhkan tak pernah membaiknya harga karet. Sementara di daerah ini kebanyakan yang diandalkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dari menoreh karet.
"Macam mana kehidupan petani karet bisa membaik, jika harga karet anjlok terus. Kami juga dihadapkan dengan kondisi cuaca. Kalau seperti musim kemarau sekarang, memang bisa menoreh, tapi susu karet tak banyak keluar karena daun karet biasanya gugur. Sementara kalau musim hujan kami tak bisa menoreh, padahal saat itulah susu karet melimpah," ungkapnya.
Ia juga merasa heran kenapa tak ada uluran tangan pemerintah dalam membantu petani karet khususnya dalam menstabilkan harga karet. "Saya memang tak tahu persis, apakah dalam menentukan harga karet ini pemerintah tak bisa ikut campur.
Kalau misalnya memang tak bisa, setidaknya ada upaya lain dari pemerintah untuk petani sehingga hasil karet bisa kami andalkan untuk kehidupan kami," ucap Badar.
Kepala Disperindag Bengkalis M Fauzi sebelumnya pernah mengungkapkan jika Pemkab Bengkalis sudah sangat berkeinginan membantu petani karet. Salah satunya dengan menganggarkan dana talangan di APBD untuk membeli karet petani dengan harga disesuaikan dengan harga 1 kg beras.
"Ada memang wacana Pemkab untuk mencari solusi rendahnya harga karet dan membantu petani dengan menyiapkan dana talangan. Tapi saya kurang tahu persis apakah dana talangan yang sebelumnya direncanakan dianggarkan di APBD 2015 itu terealisasi atau tidak. Karena penganggarannya di Setda," ungkap Fauzi.
Menurut Fauzi, untuk program membeli karet petani tersebut tentu banyak hal yang perlu dipersiapkan. Salah satunya gudang untuk menampung karet yang dibeli maupun yang lainnya. "Persoalannya kan tak sebatas menyiapkan anggaran saja. Tapi tentu harus dipikirkan juga hilir dari setelah membeli karet itu," ujar Fauzi. ***