JAKARTA (HR)- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana menggabungkan 4 bank syariah milik perusahaan pelat merah. Saat ini perbankan pelat merah memiliki 3 bank syariah dan 1 unit usaha syariah. Bila digabungkan, maka aset 4 bank BUMN syariah tersebut mencapai Rp106 triliun.
"Aset dari 4 BUMN syariah tersebut semester-I 2014 sekitar Rp 106 triliun," kata Kepala Bidang Komunikasi Publik Kementerian BUMN Teddy Poernama, baru-baru ini.
Opsi konsolidasi PT Bank Syariah Mandiri, PT BNI Syariah, PT BRI Syariah, dan unit usaha syariah PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), saat ini masih tahap uji kelayakanan oleh Kementerian BUMN, dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Kelayakan penggabungan bank BUMN syariah, masih adanya peluang bank syariah untuk tumbuh mengingat pasar dalam negeri, yang masih terbuka dan tren peningkatan global syariah banking," sebutnya.
Bila merger berhasil, Kementerian BUMN optimis perbankan syariah pelat merah bisa menjadi lokomotif pengembangan ekonomi syariah ke depan. Selain itu, target lainnya ialah mengejar market share, atau pertumbuhan perbankan syariah yang masih kalah dibandingkan perbankan konvesional.
"Dengan sinergi ini diharapkan akan menurunkan cost of fund, funding mix yang lebih seimbang dan perluasan jaringan cabang," jelasnya.
Saingi Malaysia
Merger bank BUMN syariah tengah disiapkan untuk menghadapi pasar bebas keuangan, yang tergabung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada 2020 mendatang. Indonesia perlu punya bank syariah besar agar bisa bersaing di MEA. Lawan terberat adalah Malaysia karena perbankan syariah di sana jauh lebih maju.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nelson Tampubolon mengatakan, untuk bisa bersaing di era global dalam menghadapi era MEA, ada 2 kemungkinannya. Pertama, persaingan di pasar dalam negeri kita sendiri, dan kedua persaingan di negara tetangga.
"Nah, terutama untuk di pasar dalam negeri, kita harus mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Khusus untuk perbankan syariah, pesaing utama yang terkuat tentunya datang dari Malaysia. Kita tau mereka sudah lebih maju dalam perbankan syariah," ujarnya, akhir pekan lalu.
Oleh sebab itu, kata Nelson, sebelum mereka hadir di Indonesia melalui Qualified ASEAN Bank (QAB) dalam rangka ASEAN Banking Integration Frame work (ABIF), Indonesia perlu punya bank syariah yang punya kemampuan permodalan yang kuat dengan kualitas pengelolaan yang sehat. "Tentunya sudah lebih mampu menjawab kebutuhan masyarakat," katanya.
Saat ini, Nelson menambahkan, pihaknya tinggal menunggu para Pemegang Saham Pengendali Terakhir (PSPT) untuk kepastian sikap atas rencana merger ini.
"Mengenai kapan perbankan mau diajak bicara, sangat tergantung pada kepastian sikap dari PSPT. Kalau sudah mantap dengan rencana tersebut, pasti pihak-pihak terkait akan segera diajak bicara," pungkasnya.(dtf/ara)