Alkisah, suatu ketika Rasulullah saw bermain tebak-tebakan dengan para sahabat. Bertanya Rasulullah,
“Tahukah kalian, mereka-mereka yang keimanannya membuatku kagum?”.
“Aku tahu ya Rasulullah”, seru salah seorang sahabat. “Mereka yang engkau maksud itu tentulah para malaikat“.
“Mengapa engkau berpikir demikian?”, tanya Rasulullah kembali.
“Karena para malaikat selalu mematuhi semua perintah Allah. Mereka tidak sekalipun pernah melanggar aturan Allah”, jawab sahabat.
“Tapi para malaikat memang ditakdirkan untuk selalu mematuhi perintah Allah. Mereka tidak diberi kelengkapan hawa nafsu seperti layaknya kita. Dan tempat mereka dekat dengan Allah. Wajar jika mereka selalu beriman. Keimanan para malaikat tersebut, sama sekali tidak membuatku kagum”, bantah Rasulullah.
Para sahabat termangu-mangu dengan jawaban Rasulullah tersebut. Mereka terdiam sejenak, memikirkan jawaban apa kiranya yang dikehendaki oleh Rasulullah.
Tiba-tiba, salah seorang sahabat berseru, “Aku tahu ya Rasulullah, yang Rasulullah maksudkan tentu para nabi dan rasul utusan Allah. Mereka manusia biasa seperti kita, namun mereka selalu mematuhi apapun yang Allah perintahkan, apapun resikonya”.
Rasulullah tersenyum, “Betul mereka manusia biasa seperti kita, namun mereka mendapatkan petunjuk langsung dari Allah swt. Mereka menerima wahyu dan mendapatkan mukzizat. Wajar jika karena semua itu, mereka beriman kepada Allah”.
“Keimanan mereka sama sekali tidak membuat aku kagum”, bantah Rasulullah sekali lagi.
Kembali para sahabat ternganga dengan bantahan Rasulullah tadi. Mereka saling berpandangan lalu kembali tenggelam memikirkan jawaban pertanyaan Rasulullah.
“Ah…, sekarang saya tahu ya Rasulullah”, kata salah seorang sahabat dengan muka berseri-seri.
“Mereka yang Rasulullah maksudkan itu tentulah kami, para sahabatmu. Kami manusia biasa, kami juga tidak menerima wahyu, dan sama sekali tidak dikaruniai mukzizat apapun. Meskipun demikian, kami berjanji untuk selalu mematuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya”, jelas sahabat tersebut dengan senyum mengembang diwajahnya.
Kembali Rasulullah tersenyum mendengar jawaban salah seorang sahabat tadi, “Betul kalian memang tidak menerima wahyu dan sama sekali tidak dikaruniai mukzizat, namun kalian kan melihat dengan mata kepala sendiri, mukzizat yang aku terima. Kalian juga mendengar dengan telinga kalian sendiri ketika wahyu Allah aku bacakan. Wajar jika karena itu, kalian beriman kepada Allah. Keimanan kalian, sama sekali tidak membuatku kagum”.
Kali ini para sahabat betul-betul terhenyak dengan bantahan Rasulullah barusan. Dengan perasaan putus asa karena sudah kehabisan akal, akhirnya mereka menyerah, “Kiranya hanya Allah dan rasul-Nya saja yang tahu jawaban pertanyaan Rasulullah tadi”, kata salah seorang sahabat.
“Sesungguhnya, mereka yang keimanannya membuatku kagum adalah mereka-mereka yang tidak sekalipun pernah berjumpa denganku. Mereka sama sekali tidak pernah melihat diriku dengan mata kepala mereka sendiri. Mereka juga tidak sekalipun pernah mendengar suaraku. Dan yang lebih hebat lagi, mereka berabad-abad jaraknya dariku. Tapi kecintaan mereka kepadaku, tak sekalipun perlu aku ragukan”, jawab Rasulullah.
“Mereka itulah, yang keimanannya sungguh-sungguh membuat aku kagum”, sambung Rasulullah menegaskan.
*****
Mereka yang dimaksud oleh Rasulullah dalam kisah diatas, tak lain dan tak bukan, adalah kita semua. Tentu dengan syarat, jika kita bersungguh-sungguh mencintai Rasulullah saw dengan setulus hati kita.
Semoga Allah selalu memberikan kita kekuatan untuk dapat selalu mencintai Rasulullah dengan sebenar-benarnya cinta. Amin...*