Padang (RIAUMANDIRI.co) - Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat menyatakan temuan gizi buruk di wilayah itu pada 2016 tercatat 411 kasus atau turun 79 kasus dibandingkan 2015 yang berjumlah 490 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbar Merry Yuliesday di Padang, Rabu, mengatakan penurunan kasus gizi buruk hampir merata di setiap kabupaten/kota di provinsi itu, meskipun tujuh daerah masih terjadi peningkatan.
Kabupaten/kota yang terjadi peningkatan itu, yakni Kabupaten Pesisir Selatan meningkat dari 15 kasus pada 2015 menjadi 19 kasus pada 2016, Solok dari 9 kasus menjadi 12 kasus, Padang Pariaman 41 kasus menjadi 42 kasus.
Kabupaten Solok Selatan delapan kasus menjadi 10 kasus, Dharmasraya 14 kasus menjadi 23 kasus, Pasaman Barat 33 kasus menjadi 35 kasus, dan Kota Solok dari enam kasus menjadi 10 kasus.
Gizi buruk, menurut dia, bukan hanya terjadi karena faktor ekonomi, namun bisa terjadi karena kurangnya pendidikan dan kurangnya perhatian orang tua terhadap pemenuhan gizi anak. Hal itu, katanya, diikuti dengan pola makan yang tidak seimbang pada orang tua ketika hamil, karena pemenuhan gizi dimulai ketika anak berada di dalam kandungan.
Ia mengatakan untuk mengantisipasi kasus gizi buruk, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, di antaranya pemberian makanan tambahan dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
"Kemudian melakukan pelayanan rutin melalui pos pelayanan terpadu (posyandu) yang berada di masing-masing kabupaten dan kota yang berada di Sumbar," ujarnya. Selain itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan pemantauan terhadap balita di masing-masing wilayah dengan langsung turun ke lapangan.
Ia merinci kasus gizi buruk selama 2016 tersebut ialah 81 kasus di Kabupaten Kepu/lauan Mentawai, 19 kasus di Pesisir Selatan, 12 kasus di Solok, 20 kasus di Sijunjung, 20 kasus di Tanah Datar, dan 42 kasus di Padang Pariaman.
Sebanyak 18 kasus di Kabupaten Agam, 11 kasus di Lima Puluh Kota, 9 kasus di Pasaman, 10 kasus di Solok Selatan, 23 kasus di Dharmasraya, dan 35 kasus di Pasaman Barat. Sebanyak 68 kasus di Kota Padang, 10 kasus di Solok, 11 kasus di Sawahlunto, 3 kasus di Padang Panjang, 1 kasus di Bukittinggi, 11 kasus di Payakumbuh, dan 7 kasus di Pariaman.
Ia mengatakan permasalahan gizi merupakan persoalan yang kompleks dan tidak hanya dapat diselesaikan oleh satu sektor, tetapi di perlukan kolaborasi berbagai sektor. "Diperlukan kerja sama berbagai pihak terkait, agar kasus gizi buruk dapat diantisipasi," katanya.(ant)