PEKANBARU (HR)- Provinsi Riau mengalami musim hujan beberapa bulan terakhir. Intensitas hujan yang besar dan lama menyebabkan beberapa sungai besar di beberapa kabupaten mengalami banjir besar. Akibatnya petani di Riau merugi.
Dikatakan Kepala Dinas Perkebunan (Kadisbun) Riau Zulher, kerugian diderita petani dalam kurun waktu dua bulan terakhir. "Saya banyak dapat laporan dari petani atau kelompok tani dari beberapa daerah di Riau," kata Zulher, Kamis (11/12).
“Hujan memang berkah bagi kita, namun jika intensitasnya besar seperti sekarang ini, maka tentu memberi kerugian yang besar bagi petani,” kata Zulher.
Ia menjelaskan, ada dua situasi yang dialami petani, yaitu pertama intensitas hujan yang besar akan menyebabkan buah kelapa sawit cepat matang, sehingga menyebabkan produksi buah naik secara signifikan. Dengan naiknya produksi tanpa diikuti permintaan Crude Palm Oil (CPO) dari pasar global akan menyebabkan harga turun.
"Itu sudah hukum pasar, jika stok produksi kita naik sedang permintaan pasar tidak naik maka harga akan turun. Harga turun tentu akan membuat petani kita merugi,” ujar Zulher.
Kedua banjir dan hujan yang tinggi menyebabkan jalan rusak, kebun terendam banjir sehingga buah membusuk dan lokasi kebun masyarakat berada di tengah daerah banjir. Jalan rusak akan menyebabkan petani menambah biaya operasional, sedangkan buah yang terendam busuk.
“Jika kebun petani itu berada di tengah banjir akan memaksa petani menyewa alat tranportasi air untuk membawa hasil kebun ke daerah yang akses transportasinya bagus. Semuanya akan meningkatkan biaya operasional,” tambah Zulher. Kadisbun berharap kondisi alam ini tak lama, karena petani sangat menggantungkan ekonomi keluarganya dari hasil kebun. (sar)