PEKANBARU (RIAUMANDIRI.co)-Guna melakukan pelestarian hutan, melalui pencegahan terhadap upaya pengrusakan hutan yang dilakukan olehoknum tak bertanggung jawab. Peningkatan strategi masyarakat adat sangatlah dibutuhkan, khususnya didaerah pinggir denganmerubah pola perlakuan terhadap hutan tanpa harus merusak lingkungan.
Demikian dipaparkan Direktur ISDS, Amirruddin dalam acara Dialog Kebijakan, yang digelar oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Riau bekerjasama dengan Institute for Strategic and Development Studies (ISDS) dan juga Unesco, Selasa (10/1) diGedung Sutan Balia FISIP UR.
Acara yang langsung dibuka oleh Rektor UR, Prof Dr. Aras Mulyadi, DEA, turut dihadiri jajaran dosen, forkompida dan juga perusahaan BUMN di Riau. Dengan pembicara yang dihadirkan yakni dari akademisi Sujianto, Elmustian Rahman, Birokrat Sabarno Swirianto, Badan Kehalian DPR RI Inosentinus Samsul dan Nulia Evanty.
Menurutnya, kerusakan hutan dan lingkungan disebabkan karena ulah tangan manusia seperti melakukan pembakaran. Perbuatan tersebut tentunya akan memberikan dampak terhadap kerusakan lingkungan dan juga kesehatan. Namun tidak hanya itu, juga akan memberikan imbas bagi seluruh sektor. Apalagi dengan tercatat Riau memiliki titik api terbesar dengan andil hampi 27 persen dari 5.000 titik api diseluruh Indonesia.
UR
Untuk itu, perlu dilakukan upaya penjagaan lingkungan daerah dan kearifan lokal dengan tidak melakukan pengrusakan hutan. Dengan
tidak melakukan penebangan pohon dengan membakar, yang akan berdampak terhadap perubahan iklim.
Dalam melakukan upaya ini tentunya diperlukan peran semua pihak, dengan memperkuat sektor regulasi dan pengawasan. Serta mendorong pihak-pihak terkait untuk bisa menegakkan hukum bagi pelanggaran hutan, dan juga peran media sebagai pengontrol apabila terjadi kerusakan lingkungan.
Sementara itu, Aras Mulyadi turut mengapresiasi terhadap kegiatan terkait perubahan iklim tersebut. Menurutnya, fenomena perubahan iklim sudah lama menjadi isu sentris. Begitupula halnya dengan upaya pemberdayaan masyarakat adat yang termarjinal, sesuai dengan tema yang diusung yakni "Strategi Pemberdayaan Masyarakat Adat yang Termajinalkan dalam Adaptasi Perubahan Iklim di Riau".
Dimana adat yang sudah mendarah daging di masyarakat dan juga kearifan masyarakat lokal, bisa tumbuh kembali yang murni merupakan kepedulian dari masyarakat. Sehingga apa yang menjadi tujuan melakukan penyelamatan lingkungan bisa tetap terjaga.
Oleh sebab itu, melalui dialog ini nantinya bisa menghasilkan upaya strategis serta melahirkan ide cemerlang yang dirumuskan dalam sebuat kebijakan dan keputusan,"pungkasnya.(nie)