MALANG (RIAUMANDIRI.co) - Dipanggil ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam keadaan khusnul khotimah merupakan dambaan setiap Muslim. Amalan dan perbuatan setiap manusia semasa hidupnya di dunia turut menentukannya ketika menghadapi sakaratul maut.
Sebuah hadits Anas bin Malik yang diriwayatkan Imam Ahmad yang menunjukkan tentang khusnul khotimah pada seorang hamba, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan membuatnya beramal.” Para sahabat bertanya; “Bagaimana membuatnya beramal?” beliau menjawab: “Allah akan memberikan taufiq padanya untuk melaksanakan amal shalih sebelum dia meninggal.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Miftah adalah seorang warga biasa dari sebuah kampung di Lawang, Kab. Malang. Namun, kisah kematiannya bisa menjadi teladan bagi setiap Muslim. Pada Selasa (3/1) malam, ia meninggal dalam keadaan bersujud di Masjid Babussalam, Lawang.
Kabar meninggalnya Miftah sontak mengagetkan warga kampung lantaran terjadi sangat tiba-tiba. Tidak ada yang berbeda di Masjid Babussalam pada malam itu. Muhammad Sueb, petugas masjid, bersiap-siap mematikan lampu dan mengunci pintu usai seluruh jamaah menunaikan shalat Isya.
Sekitar pukul 19.35 masih ada beberapa jamaah yang tinggal untuk menjalankan shalat ba'da Isya, termasuk Miftah Arifin. Sueb pun menunggu hingga seluruh jamaah benar-benar meninggalkan masjid.
Jarum jam menunjukkan pukul 19.50, tapi Sueb masih melihat Miftah Arifin tak kunjung menuntaskan shalatnya. “Saya kenal Pak Miftah karena dia warga sini dan rajin ke masjid, tapi malam itu dia sujud lama sekali saya tunggu hampir setengah jam ia terus bersujud,” kisah Sueb.
Penjaga masjid itu pun mendekati Miftah. Ketika Sueb memegang pundak Miftah, ia tak memberikan reaksi. “Saya hanya dengar Pak Miftah bernafas 2x lalu setelah itu diam,” ujarnya.
Karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, Sueb memanggil teman-temannya yang berada di teras masjid untuk ikut menengok kondisi Miftah. Beberapa orang datang melihat Miftah yang masih bersujud, namun tak satu pun yang berani mengambil tindakan.
Tak berapa lama, istri Miftah dan ketua RW datang ke Masjid Babussalam. Setelah kedua orang itu hadir, Sueb dan rekan-rekannya baru memberanikan diri mengangkat Miftah.
Allah sang Maha berkehendak, pria 63 tahun itu ternyata telah meninggal dunia. Jasadnya yang masih lemas dibopong oleh para Takmir Masjid. Keharuan langsung menyelimuti orang-orang yang menyaksikan peristiwa tersebut. Dalam keadaan bersujud, Miftah dipanggil menghadap Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Pak Miftah yang sehari-hari istiqamah menunaikan shalat wajib dan sunahnya di masjid telah berpulang untuk selama-lamanya. Di kalangan warga setempat, Miftah dikenal sebagai orang yang suka membantu perawatan jenazah termasuk memandikan jenazah.
“Pernah dulu ada tetangga meninggal tengah malam, Pak Miftah langsung sigap ketika dimintai tolong, padahal fisiknya tak lagi muda dan kakinya sakit karena diabetes,” kata Sueb.
Miftah dikebumikan pada Rabu (4/1) pukul 10.00 di TPU Kalirejo, Lawang. Imam Affandi, putra kedua almarhum menuturkan, pihak keluarga sengaja tak memanggil dokter untuk memeriksa kondisi ayahnya. “Keluarga sudah ikhlas dengan kepergian bapak,” katanya.(n44/rep)
Nandra F Piliang