Kucingmu Muntah Setelah Makan? Begini Cara Mencegahnya!

Senin, 19 Desember 2016 - 17:38 WIB
Kucing Muntah

RIAUMANDIRI.co - Muntah ketika atau setelah makan adalah kondisi yang umum dialami oleh kucing, tapi tetap saja tidak normal. Kondisi ini sering disebut “scarf and barf”, meskipun secara teknis namanya adalah regurgitasi. Pada dasarnya, muntah ketika atau setelah makan disebabkan karena kucingmu makan terlalu cepat dan terlalu banyak.

Kenapa kucingmu makan terlalu cepat dan terlalu banyak? Pertama-tama kamu harus mengerti siklus alami dari seekor kucing. Di habitat alaminya, kucing berburu, makan, grooming, kemudian tidur, lalu mengulang lagi. Ukuran perut kucing hanya sebesar bola ping pong yang membuatnya hanya bisa diisi sedikit makanan, sehingga sifat alaminya adalah makan sedikit tapi sering. Di habitat alaminya, kucing tidak selalu berhasil ketika berburu, sehingga ia sangat menghargai setiap makanan yang ia punya karena belum tentu di waktu lain ia punya makanan. Oleh karena itu, ketika kamu memberinya makanan dalam jumlah banyak (biasanya kalau kamu akan meninggalkannya seharian), instingnya mengatakan ia akan merasa harus memakannya secepat dan sebanyak mungkin sebelum dicuri predator lain. Padahal tubuhnya tidak bisa menampung semua itu sehingga itulah yang membuatnya ia muntah atau regurgitasi.

 
Secara Teknis Berbeda


Secara teknis, regurgitasi berbeda dengan muntah. Regurgitasi terjadi ketika makanan masih berada di kerongkongan kucing, belum masuk ke perut. Biasanya terjadi ketika kucing masih makan atau tak lama setelah ia berhenti makan. Sedangkan ketika ia memuntahkan sesuatu dari dalam perut, si meong akan tampak sedikit kesakitan karena berusaha mengeluarkannya sekuat tenaga. Kenapa membedakan hal ini penting? Kamu harus tahu pasti apakah kucingmu “hanya” regurgitasi atau muntah betulan. Lihat bentuk muntahannya, apakah masih berbentuk makanan, berupa hairball atau cairan berwarna kuning. Karena jika kucingmu muntah karena hal lain, kamu perlu tahu penyebabnya dan berbeda pula penanganannya.

 
 
Bagaimana Mengatasinya
 

Untuk menghindari “scarf and barf”, kamu perlu mengikuti pola makan alami kucing, yaitu memberinya makan dalam porsi sedikit tapi sering. Selain itu mereka juga perlu berolahraga atau bermain untuk mengganti kegiatan berburunya.

 
 
Kapan perlu ke dokter hewan?
 

Kamu perlu membawa si meong ke dokter hewan kalau kondisi ini terus berlangsung, atau kalau kucingmu tidak mau makan lagi setelahnya. Kondisi lain yang perlu diperhatikan adalah kalau si meong kehilangan berat badan, susah bernapas atau selalu terlihat lemas.(pc/van)

Editor:

Terkini

Terpopuler