Rumah Sakit Umum Daerah (RIAUMANDIRI.co) Arifin Achmad terus mengembangkan diri demi menciptakan pelayanan yang sesuai kebutuhan masyarakat. Seiring dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 52, yang jatuh pada hari ini (12/11).
Sesuai rencana, RSUD yang menyandang status type B yang terletak di Jalan Diponegoro Pekanbaru ini, akan lebih memfokuskan pada peran di level sekunder dan tersier.
"Kita ingin menyambut masyarakat dengan mengutamakan pelayanan sekunder dan tersier itu bisa didapat di RSUD ini. Apalagi ini adalah RSUD yang harus siap menampung pasien dalam kondisi apapun di Riau," ungkap Direktur RSUD Arifin Achmad, dr Nuzelly Husnedi MARS, Jumat (11/11).
Mulai tahun depan, RSUD ini bakal mempunyai program unggulan yang akan menerapkan pendekatan pelayanan dengan lintas profesi atau tim pada pasien (spesialis luas). Dimana, satu pasien bakal ditangani oleh beberapa dokter dan konsultan sesuai dengan kebutuhannya.
Dengan pelayanan yang akan dikembangkan antara lain pelayanan jantung terpadu. Dimana, mulai 2017, RSUD Arifin Achmad bakal memiliki tempat layanan khusus bagi pasien penyakit jantung.
Layanan ini bakal dilengkapi dengan fasilitas yang modern dan mumpuni. Disamping itu, pasien bakal ditangani pula oleh dokter yang ahli dalam penyakit jantung.
"Untuk pengembangan pelayanan ini, RSUD bekerjasama dengan RS Jantung Harapan Kita di Jakarta. Dengan kerjasama ini, diharapkan tenaga medis dan fasilitas yang ada di RSUD Arifin Achmad bisa memberi pelayanan paripurna di untuk pasien penyakit jantung," ungkap Nuzelly.
Pengembangan lainnya yang dilakukan yakni dengan melakukan peningkatan pelayanan onkologi atau kanker terpadu. Tahun depan, peralatan untuk layanan penyakit ini dipastikan sudah memadai.
Ditunjang lagi dengan laboratorium yang baik serta tim medis yang ahli. Menurut Nuzelly, untuk layanan onkologi ini pihaknya juga menerapkan pola lintas profesi.
Dijelaskan Nuzelly, saat ini, baik pelayanan pasien jantung maupun kanker itu sebenarnya telah berjalan di RSUD Arifin Achmad. Bahkan, penanganan operasi kanker dengan durasi 9 hingga 12 jam dan melibatkan semua profesi. "Dan itu tidak ada rumah sakit lain yang mengerjakannya di Pekanbaru ini," ungkap Direktur.
Dari segi infrastruktur, tahun ini di RSUD Arifin Achmad sudah ada 16 kamar operasi dan 28 ruang ICU. Tahun depan, lantai 2 dan 3 gedung IGD dibenahi menjadi pusat jantung.
"Alhamdulillah untuk program ini kita sudah mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah, dan insya Allah akan segera beroperasi dalam waktu dekat," tuturnya.
Oleh sebab itu, Nuzelly meyakini upaya peningkatan pelayanan untuk pasien jantung dan kanker di provinsi Riau akan terwujud. Apalagi pemerintah juga memiliki komitmen yang besar dalam mempersiapkan infrastrukturnya.
Momentum Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 52 tahun ini, Nuzelly berharap adanya kesadaran dari seluruh pihak terkait di lingkungan RSUD, tentang betapa pentingnya meningkatkan mutu pelayanan ke masyarakat. Apalagi saat ini Indonesia sudah menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang terbuka.
Jadi kompetisi dapat dimenangkan dengan baik bila komitmen, sumber daya manusia dan infrastrukturnya juga baik. "Kami berharap informasi tentang peningkatan pelayanan ini sampai ke masyarakat.
Sehingga mereka tahu bahwa RSUD Arifin Achmad tidak stagnan. Karena kita terus melangkah ke arah yang lebih baik dalam fasilitas maupun pelayanan kepada masyarakat," pungkas Nuzelly.
Sementara itu, upaya RSUD Arifin Achmad mengembangkan pelayanan untuk pasien sakit jantung dan kanker sangat beralasan. Pasalnya, dua penyakit ini termasuk dalam 10 penyebab kematian di Indonesia. Di peringkat pertama dan kedua penyakit mematikan itu berkaitan dengan cardiovascular. Yaitu sakit jantung dan struk.
"Sekarang ini usia harapan hidup meningkat. Seiring dengan itu pola hidup juga meningkat karena tingkat kesejahteraan relatif meningkat. Kesejahteraan ini turut mempengaruhi gaya hidup sejumlah orang.
Mereka sering makan junk food, jarang olahraga dan sebagainya. Sehingga dengan bertambahnya usia, penyakit lebih mudah muncul," kata ahli bedah jantung RSUD Arifin Achmad, dr Hariadi Hatta SpBTKV.
Misalnya untuk penyakit kanker. Umur 40 tahun adalah usia awas terhadap penyakit tersebut. Bahkan, penderita penyakit jantung juga sudah banyak yang masih berusia anak-anak.
Berdasarkan data di Indonesia, dalam satu tahun setidaknya ada 18.500 orang yang terserang penyakit jantung. Setengahnya meninggal dunia dalam waktu setengah jam pascaserangan. "Jumlahnya lebih banyak dari kecelakaan lalulintas," kata Hariadi.
Ada beberapa faktor yang membuat angka kematian akibat penyakit jantung itu tinggi. Di antaranya karena penyakit jantung ini tidak diketahui gejalanya oleh si penderita.
Kebanyakan orang juga mengira bahwa dirinya hanya terkena angin duduk, sakit ulu hati dan sebagainya. Padahal itu merupakan serangan jantung.
Adapun jenis yang paling banyak ditemukan di Indonesia yaitu penyakit jantung koroner yang salah satu penyebabnya yaitu, kebiasaan merokok. Di Indonesia, terangnya, ancaman terserang penyakit jantung koroner ini lebih besar jumlahnya dibanding penduduk di negara-negara barat.
Satu lagi yang cukup banyak adalah serangan penyakit jantung rematik. Kasusnya bahkan dialami orang-orang di usia muda. Sementara penyakit jantung ini mahal sekali biaya penanganannya karena dipengaruhi alat medis yang juga mahal.
Misalnya, pasien harus membayar ring atau balon jantung. Belum lagi biaya ruang perawatannya. Beruntung, di Indonesia sudah berlaku program Jaminan Kesehatan Nasional yakni Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Sehingga pasien yang harusnya mengeluarkan biaya banyak dapat ditangani secara gratis.
Seiring dengan makin baiknya program BPJS Kesehatan sebagai pendukung program kesehatan, tentu RSUD sebagai institusi kesehatan milik pemerintah bakal menjadi sasaran masyarakat yang membutuhkan pengobatan. "Jumlah pasien meningkat pesat," katanya.
Contohnya saja, di RS Jantung Harapan Kita Jakarta, jadwal daftar tunggunya untuk pasien dewasa bisa sampai 6 bulan. Sementara jika penyakit jantung bawaan pada bayi masa tunggunya bisa 1,5 tahun.Itulah sebabnya RS Harapan Kita fokus membangun jejaring di daerah-daerah. Termasuk dengan RSUD Arifin Achmad.
"Kita bercita-cita memberi pelayanan paripurna terhadap penyakit jantung. Mulai dari perawatan sampai pembedahan jantung yang kompleks. Akan ada pusat jantung terpadu.
Dimana pasien cukup datang di satu tempat ini maka mereka diarahkan sesuai dengan keluhannya. Misalnya ICU kateterisasi, operasi dan sebagainya," papar Hariadi.
Rencananya proyek ini mulai maksimal dijalankan pada tahun 2017. Menunggu itu, sudah ada kamar pembedahan yang baru di RSUD Arifin Achmad.
Ada juga fasilitas ICU yang baru dengan spesifikasi yang tinggi. RSUD juga telah memiliki alat yang canggih untuk jantung lemah serta alat pencuci darah untuk pasien jantung yang lemah.
Sejak bulan April 2016, operasi pembuluh darah jantung sudah melayani sekitar 300 orang. Dengan jumlah pelayanan 2 sampai 3 orang per hari. Hariadi juga menekankan bahwa penyakit torax vaskular ini tidak melihat latar belakang ekonomi penderitanya. "Orang menengah kebawah juga bisa mengalaminya," ungkap dia.
Beruntung, masyarakat sudah di-support oleh program BPJS Kesehatan yang semakin baik. Apalagi, skema pembiayaan BPJS Kesehatan terhadap penyakit jantung tahun depan lebih baik.Seiring dengan itu, RSUD akan memberi pelayanan yang makin baik serta memakai instrumen-instrumen yang canggih.
Negara tetangga juga akan membantu. Karena RSUD Arifin Ahmad sudah menjalin kerjasama dengan sejumlah negara jiran seperti Malaysia dan Singapura. Nantinya, sumber daya dari negara itu bisa hadir langsung menangani kasus di RSUD. Sehingga perawat di RSUD bisa belajar dengan ahlinya.
Ditambahkan pula oleh Kepala Bidang Pelayanan Medik dan juga Ketua Humas RSUD Arifin Achmad, Erdinal SKM MKM menjelaskan, disamping pelayanan yang prima,
RSUD Arifin Achmad juga memastikan sarana fisiknya harus bagus serta kebersihan lingkungan rumah sakit terjamin. Oleh sebab itu, tidak hanya pasien, pengunjung tetapi juga seluruh pegawai juga haruslah peduli terhadap permasalahan kebersihan disekitar lingkungan.
Selain itu juga, RSUD juga melakukan penataan taman dan fasilitas bagi keluarga pasien. Sehingga keluarga pasien juga bisa menikmati suasana tanpa ada kejenuhan.
Ditambah lagi, saat ini RSUD juga sudah melakukan penerapan larangan merokok baik di dalam maupun luar kompleks gedung. Ini berlaku bagi seluruh pengunjung rumah sakit dan juga pegawai.
Erdinal menegaskan larangan merokok ini juga ditekankan bagi pengunjung dan pegawai rumah sakit itu sendiri. Begitupula halnya, pengelolaan sampah selalu diperhatikan untuk menjaga kenyamanan bagi pengunjung disamping mencegah infeksi nosokomial.
"Jadi kenyamanan masyarakat yang berkunjung terjamin. Misalnya masalah sampah. Untuk bersih, semua pengunjung dan pegawai RSUD harus sadar.
Termasuk jangan ada dicampur sampah biasa dan sampah infeksius. Kalau bersih, hal ini juga penanda bahwa masyarakat itu memang cinta sehat," pungkasnya.(adv)