CALIFORNIA (RIAUMANDIRI.co) - Pada awal tahun ini, NASA mengumumkan rencananya untuk mengganti teleskop Hubble. Pada saat itu, teleskop baru buatan Badan Antariksa Amerika Serikat tersebut bernama "Wide-Field Infrared Survey Telescope" (WFIRST).
Namun, NASA kini justru resmi mengganti namanya menjadi James Webb Space Telescope (JWST). Tak tanggung-tanggung, mereka bahkan menghabiskan biaya dengan jumlah tidak main-main dalam membuat teleskop tersebut, yakni sebesar Rp 113 triliun.
Tugas yang 'diemban' JWST sebetulnya sama dengan Hubble. Ia akan meneruskan tugas untuk Hubble menyingkap misteri alam semesta di luar angkasa.
Bahkan, JSWT juga akan menemui tempat 'kelahiran' planet-planet, bintang, dan galaksi tua di Tata Surya.
Dilansir laman Engadget, Jumat (11/11/2016), nama teleskop tersebut diambil dari nama asli James Webb, yaitu astronom NASA yang berjasa dalam pembuatan komponen dan perakitan pesawat antariksa NASA.
JSWT diklaim sebagai teleskop paling besar yang akan dikirim ke antariksa. Ukurannya disebut sangat megah dan diibaratkan seluas lapangan tenis. Bahkan, teleskop itu 100 kali lebih kuat daripada Hubble.
John Mather, pimpinan proyek JSWT, mengatakan bahwa untuk mengirim teleskop ke luar angkasa bukan perkara mudah. Karena memiliki ukuran yang besar, maka NASA harus 'melipat'nya di dalam roket dengan lebar 5,5 meter.
"JWST akan disimpan di dalam roket milik ESA, Ariane 5. Wahana tersebut merupakan salah satu wahana paling kuat yang pernah dibuat. Jadi nanti, teleskop akan 'dilepas' dari roket dan perlahan membuka lipatan segmennya ketika sudah berada di luar angkasa," tutur Mather menjelaskan.
Komponen lain yang tak kalah menariknya adalah panel kaca bermaterial emas yang berfungsi sebagai perangkat untuk menangkap cahaya.
"Panel kaca ini bisa menangkap cahaya tujuh kali lebih cepat ketimbang Hubble. Ia juga mampu memeriksa spektrum inframerah meski lewat debu antariksa sekali pun," tambahnya.
JWST rencananya akan meluncur ke luar angkasa pada 2018. Tugas pertamanya adalah mengorbit matahari dalam jarak 1 juta mil dari Bumi. Sedangkan data yang dikirimkan oleh teleskop tersebut bisa digunakan oleh semua ilmuwan dan astronom di seluruh dunia. (lpt/ivn)*