DETROIT (RIAUMANDIRI.co) - Kekhawatiran dan ketakutan masih menyelimuti warga muslim di seluruh penjuru Amerika Serikat, usai Donald Trump terpilih menjadi Presiden AS. Pasalnya, sejauh ini belum ada kepastian sikap Trump, terhadap muslim di negara adikuasa tersebut.
Rasa khawatir itu diungkapkan Mona Musid, wanita berusia 25 tahun yang tinggal di Dearborn, pinggiran Detroit, Michigan. Pinggiran Detroit memang menjadi rumah bagi salah satu populasi muslim dan keturunan Arab terbesar di AS.
Seperti dilansir AFP, Kamis (10/11), Musid bersama warga muslim lainnya menonton video pidato kemenangan Trump sebagai presiden terpilih via YouTube di salah satu kedai kopi Starbucks di Dearborn. "Saya hanya tertarik pada hal-hal yang dikatakannya dan ke mana arahnya," ucap Musid.
Musid menyebut, keluarga besarnya yang keturunan Yaman terkejut dan khawatir atas kemenangan Trump. "Mereka tidak tahu apa yang sedang terjadi. Mereka datang ke sini untuk mendapat kesempatan. Mereka khawatir jika dia (Trump-red) mengambil semuanya dari kami," ujarnya.
Berbagai retorika dilontarkan Trump saat kampanye, termasuk seruan melarang warga muslim masuk ke AS, diikuti janji 'pemeriksaan ekstrem' terhadap setiap imigran yang datang dari negara-negara yang sarat terorisme. Warga muslim kini bertanya-tanya apa yang akan terjadi di bawah kepemimpinan Trump sebagai presiden AS.
"Apa yang saya dengar adalah campuran ketakutan dan kekhawatiran. Banyak orang merasa rapuh. Banyak warga muslim di sini bukanlah warga negara AS. Mereka ada di sini secara legal, tapi mereka bukan warga AS. Mereka khawatir. Beberapa merasakan ketakutan besar," terang Direktur Komunitas Islam Amerika Utara, Hazem Bata.
Lebih Sejuk Dalam pidato kemenangannya, Trump memberikan pernyataan yang lebih sejuk. "Saya berjanji pada seluruh warga di tanah air ini bahwa saya akan menjadi presiden untuk seluruh rakyat Amerika. Seluruh ras, agama, latar belakang dan keyakinan," ucap Trump.
Namun bagi tiga wanita muslim bersaudara di Dearborn, kata-kata Trump itu tidak meyakinkan. Ketiga wanita muslim yang merupakan warga AS keturunan Libanon itu menyebut kemenangan Trump justru menunjukkan seberapa besar kebencian yang ada di dalam AS.
"Kehancurannya tidak bisa dipulihkan," sebut Alyse, salah satu dari tiga bersaudara itu. "Saya merasa masa-masa sulit akan datang. Dengan satu malam saja, perkembangan selama 60 tahun terhapus bersih," timpal saudaranya, Nadeen Hider.
Bagi Hiba Nasser (19) yang berkuliah di Wayne State University, Detroit, kemenangan Trump membuatnya takut keluar rumah. Nasser yang berhijab ini khawatir kemenangan Trump akan semakin mendorong orang-orang membenci muslim.
Dia mengaku dirinya sudah banyak mengalami pelecehan selama ini. "Orang-orang menyebut saya teroris, bahwa berada di negara ini adalah salah, bahwa saya harus pergi," ucapnya. (dtc/sis)