JAKARTA(RIAUMANDIRI.co) - Prosesi Tabuik merupakan salah satu Adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Kota Pariaman. Semua prosesi dilaksanakan pada tanggal 1 Muharam hingga 10 Muharam setiap tahunnya.
Ternyata, setiap tahapan pembuatan tabuik ini memiliki banyak makna dan harus dilakukan demi kesempurnaan kegiatan. Pada tanggal 1, diadakan upacara membuat Daraga, yaitu sebagai tanda lokasi dimana Tabuik akan dibuat.
Daraga sendiri berbentuk pagar yang ditengahnya ada kubah kecil yang memiliki 3 tingkatan kain putih yang bermakna kain kafan. Pada Daraga ini akan diisi dengan tanah yang diambil dari sungai yang bermakna jasad Hasan dan Husein dalam upacara Maambiak Tanah pada tanggal yang sama.
Pada tanggal 5 Muharam, diadakan prosesi Manabang Batang Pisang yang dilakukan oleh 2 kelompok yaitu Pasa dan Subarang. Batang pisang yang sudah ditanam di sekitar kampung, kemudian ditebas dalam sekali ayunan oleh pendekar. Hal ini melambangkan kekejaman pada Hasan dan Husein yang dipenggal.
Upacara dilanjutkan pada tanggal 7 Muharam dengan cara mengelilingi Daraga dengan membawa pedang, sorban dan panja (jari) sambil menangis meratapi kematian Husein di medan perang. Prosesi ini dinamakan Maatam, atau kesedihan dalam Bahasa hindi.
Kemudian setelah Maatam selesai, prosesi dilanjutkan dengan Maarak Panja, atau mengarak Daraga yang telah diberi tanda panja ke pusat kota. Ini bermakna memberitahu masyarakat bahwa Jenazah Husein telah ditemukan.
Pada tanggal 8 Muharam dilakukan upacara Maarak Sorban. Prosesinya hampir sama dengan Maarak Panja, namun yang dibawa adalah sorban untuk memberitahu masyarakat bahwa betapa beraninya Husein melawan musuhnya di medan perang. Akhirnya pada tanggal 10, Tabuik yang sudah jadi akan diarak dari kampung Pasa dan Subarang untuk dipertemukan di pusat pasar.
Dengan iringan masyarakat, Tabuik yang memiliki tinggi sekitar 12 meter ini dibuang ke tengah lautan. Prosesi ini menggambarkan perginya Husein ke atas langit. Prosesi ini disebut dengan Tabuik Naiak Pangkek. (lpn/ivn)