SUNGAI MANDAU (HR)-Sudah sejak beberapa hari belakangan ini, masyarakat Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak, merasa resah dengan kehadiran puluhan ekor gajah liar. Binatang bertubuh tambun itu sudah beberapa kali keluar masuk perkampungan masyarakat di kawasan itu. Masyarakat khawatir nyawa mereka terancam karena diserang gajah.
Selama berkeliaran di kawasan itu, gajah-gajah tersebut biasanya merusak kebun karet dan kelapa sawit milik masyarakat. Sebab, dua pohon itu biasa jadi santapan mereka.
Sedikitnya, ada sekitar 30 ekor gajah yang bergerombolan dan menelusuri sejumlah kampung (dulu disebut desa, red) di Kecamatan Sungai Mandau. Di antaranya Kampung Olak, Lubuk Jering, Muara Bungkal, Tasik Betung, Bencah Umbai dan Lubuk Umbud.
Dalam satu malam, kawanan gajah bisa meluluhlantakkan 5 hektare kebun karet milik masyarakat. Pohon karet ditumbangkan dengan menggunakan belalainya. Saking kuatnya gajah-gajah itu, batang karet bisa tercabut dari tempatnya. Selain karet, umbut batang kelapa sawit yang berumur dua tahun juga tak lepas dari incaran gajah. Banyak pohon sawit yang mati milik masyarakat yang mati, karena dimakan gajah.
Kondisi itu tentu saja membuat masyarakat jadi dirugikan. Karena kedua tumbuhan itu, merupakan andalan masyarakat Sei Mandau dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka.
"Rombongannya banyak, lebih 30 ekor. Dalam dua bulan ini, sudah tiga kali gajah masuk ke kampung kami," ungkap Krani (Sekdes) Olak, H Gustami, Jumat (13/2).
Dijelaskannya, saat kawasan gajah liar masuk ke kampung, warga langsung resah. Mereka memilih keluar dari rumah, karena khawatir rumah mereka rubuh diseruduk bintang tambun itu. Bila hal itu terjadi, maka tentu saja nyawa mereka terancam.
Dihalau, Malah Melawan
"Kami keluar dari rumah kemudian ramai-ramai mencoba mengusir gajah liar itu agar kembali ke habitatnya. Biasanya, kalau diusir dengan menggunakan petasan, gajah-gajah itu mau pergi. Tapi sekarang ini beda. Ketika kami usir malam tadi (kemarin, red), gajah-gajah itu malah melawan. Mereka balik mengejar, jadinya kami yang kocar-kacir melarikan diri," terangnya.
Gustami kemudian menuturkan kejadian yang dialami salah seoran warga. Ketika sedang bekerja di kebun, tiba-tiba seekor gajah muncul tanpa disadarinya. Posisi binatang itu hanya beberapa meter dari tempat warga itu berdiri. Begitu melihat gajah ada dekat dengannya, warga itu langsung kaget. Saking takutnya, ia pun pingsan. Saat terbangun, kebun sawit di sekelilingnya sudah habis luluh lantak akibat dimakan gajah.
"Sekarang rombongan gajah sudah pergi dari desa kami, kabarnya masuk ke Desa Bencah Umbai," terangnya.
Lebih Ganas
Pengakuan Gustami itu juga dibenarkan Camat Sungai Mandau, Irwan Kurniawan. Dikatakan, sesuai informasi dari masyarakat, rute yang dilalui gajah setiap tahun selalu sama. Dalam setahun, biasanya gerombolan gajah bisa datang sampai lima kali.
Namun sekarang lebih sering. Dalam dua bulan terakhir, sudah tiga kali gerombolan gajah liar itu menyisir enam desa di Kecamatan Sungai Mandau.
"Rombongan gajah itu sekarang lebih ganas, tidak mau dihalau dengan cara tradisional. Biasanya, binatang itu bisa diusir dengan petasan. Tapi kemarin, warga mendapat perlawanan, hal ini membahayakan keselamatan masyarakat," terang Camat.
Ia menduga, gajah itu masuk e perkampungan karena habitatnya sudah rusak, tidak ada lagi tempat yang nyaman untuk bertahan hidup dan mencari makan bagi gajah. Karena itu, Iwan berharap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) bisa melakukan tindakan serius, mengoptimalkan hutan konservasi bagi habitat gajah.
"Saya sudah beberapa kali menyurati BKSDA, meminta tindakan penyelamatan gajah agar tidak lagi masuk ke perkampungan," kata Irwan Kurniawan.
Selain itu, Camat juga mengimbau masyarakat agar tidak mengganggu ketenangan gajah. Mengusir gajah yang masuk ke kampung, sebaiknya dilakukan dengan cara halus, jangan sampai melukai. "Gajah juga mahluk hidup yang butuh perlindungan, punya hak untuk hidup. Tidak mungkin gajah masuk ke kampung jika habitatnya tidak diganggu," ujarnya.
Hutan Dirambah
Sementara itu, Kepala BKSDA Wilayah II, Supartono, SHUT,. MP menjelaskan, saat ini habitat gajah sudah tidak jelas, hutan sudah banyak dirambah. Pihaknya merasa kesulitan menggiring gajah karena sudah tidak ada lagi hutan yang luas dan cukup untuk kehidupan gajah.
"Habitatnya sangat sempit, hutan konservasi yang ada tidak cukup untuk tinggal gajah, dibutuhkan hutan penyangga," terangnya.
Cara hidup gajah tidak sama dengan sapi atau binatang lainnya, gajah mencari makan sambil berjalan, sehingga butuh areal yang luas, tidak cukup ratusan hektare.
Ia memastikan gajah yang menakutkan warga itu adalah gajah liar. Pasalnya di wilayah BKSDA II, Kabupaten Siak, Bengkalis, Rohul Kampar, Kota Pekanbaru dan Dumai, hanya ada enam ekor gajah peliharaan, yakni peliharaan PT Arara Abadi.
Untuk menjaga habitat gajah, Supartono berjanji dalam waktu dekat akan membentuk tim patroli, tim ini ditugaskan melakukan survei guna mengetahui berapa populasi gajah di wilayah kecamatan Sungai Mandau.
"Dalam waktu dekat kita bentuk tim patroli. Setelah kita mengetahui berapa ekor jumlahnya, baru kami bisa menyusun langkah penyelamatan gajah kedepan," terangnya. (lam)