JAKARTA (RIAUMANDIRI.co) - Sosok Al Farabi dikenal sebagai ilmuwan di bidang filosofi yang memisahkannya dari paham teologi. Pria dengan nama lengkap Abu Nasr Muhammad Al Farabi lahir pada 870. Ia wafat pada 950 Masehi.
Al Farabi menyelesaikan karier pendidikannya di Farab dan Bukhara namun kemudian pindah ke Baghdad untuk pendidikan yang lebih tinggi. Hal itu terjadi saat ia memperoleh gelar master di bidang bahasa dan juga menguasai beberapa cabang pengetahuan lainnya serta teknologi.
Dilansir Famous Scientist, Rabu (28/9/2016), ia memiliki kontribusi dan jasa di bidang sains, filsafat, logika, sosiologi, pengobatan, matematika, dan musik. Hanya saja yang menjadi bidang fokusnya adalah filsafat, logika, dan sosiologi yang juga dikenal sebagai ensiklopedis.
Karena kecenderungannya terhadap pemikir Yunani Plato dan Aristoteles, Al Farabi dijuluki sebagai guru kedua oleh orang di sekitarnya. Ia percaya bahwa terdapat kekuatan mahatinggi yang telah menciptakan dunia melalui latihan kecerdasan yang seimbang.
Karena pemikiranya tentang logika, Al Farabi memiliki perhatian khusus terhadap hal yang rasional dan menganggap logika sebagai bagian dari diri manusia yang abadi.
Salah satu karya Al Farabi yang mengandung klasifikasi ilmu antara lain kitab Ihsa al Ulum yang terserap dari epistemologi aliran Neoplatonisme dan Aristoteles.
Setelah bepergian ke berbagai daerah untuk mendapatkan pengalaman dan memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan, ia kemudian meninggal pada usia 80 tahun di Damascus.(okz/ivn)