SUMENEP (RIAUMANDIRI.co) - Terjawab sudah benda misterius yang jatuh di Sumenep, Madura awal pekan ini. Analisa dan data dari astronom Indonesia menunjukkan, benda yang jatuh tersebut merupakan bagian dari roket Falcon 9 milik perusahaan antariksa swasta, SpaceX.
Astronom Muh Ma'rufin Sudibyo mengatakan, dari data yang ia dapatkan, roket bekas tersebut punya katalog benda terbang buatan manusia North American Aerospace Defence Command (NORAD) bernomor 41730. Dari nomor tersebut, diketahui identitasnya merupakan tubuh roket Falcon 9. Sementara benda yang jatuh di Sumenep merupakan bagian atas atau tingkat kedua (upperstage) roket Falcon 9 Full Thrust. Ma’rufin menjelaskan informasi dan fungsi upperstage tersebut.
"Sebelum diterbangkan, upperstage tersebut punya bobot mati empat ton dan sanggup mengangkut 107,5 ton bahan bakar," tulis Ma'rufin dalam blognya dikutip, Selasa, 27 September 2016.
Dia menjelaskan, bahan bakar upperstage tersebut yaitu minyak tanah (kerosene) yang diolah khusus sebagai Rocket Propellant-1 (RP-1). Sementara pengoksidnya yaitu oksigen cair.
Sedangkan dari sisi desain, tabung bakar maupun pengoksid punya bentuk khas, yaitu silinder tabung dengan kedua ujungnya berupa setengah bola Upperstage itu dibuat dari bahan komposit yang diselubungi lapisan antiapi. Tak heran SpaceX menamakannya dengan Composite Overwrapped Pressure Vessel (COPV).
"Tabung inilah yang ditemukan dalam peristiwa Sumenep," jelas Ma'rufin.
Dia mengatakan, yakin sekali upperstage yang masuk kembali ke atmosfer Bumi di atas Pulau Madura telah terkikis nyaris habis oleh tekanan sangat tinggi saat menembus atmosfer. Kondisi itu, kata dia, seperti yang dialami oleh meteoroid dari langit yang masuk ke area Bumi. Gesekan dengan atmosfer itu membuat objek yang akhirnya mendapat di Bumi hanya sebagian kecil dari yang ada sebelum masuk atmosfer Bumi.
"Seperti meteoroid, masuknya kembali roket bekas bernomor 41730 pun menghempaskan gelombang kejut dan dentuman sonik yang terdengar di paras Bumi sebagai suara menggelegar," kata dia.
Ma’rufin menjelaskan, jatuhnya upperstage Falcon 9 itu ke daratan terbilang tidak begitu berisiko dibanding masuknya sampah antariksa lain. Sebab, kata dia, dengan berbahan bakar kerosene maka roket bekas itu lebih ramah lingkungan dan tak bersifat racun, bila dibandingkan dengan Hydrazine, senyawa anorganik beracun, yang menjadi sumber tenaga utama upperstage roket-roket klasik.
Meski upperstage Falcon 9 aman, namun Ma'rufin menegaskan, peristiwa Sumenep itu menjadi peringatan serius persoalan sampah antariksa. Dia mencatat saat ini tak kurang dari 16 ribu buah sampah antariksa dengan diameter lebih dari 10 sentimeter melayang-layang di orbit.
"Total massa seluruhnya mencapai tak kurang dari 62 ribu ton. Dan hingga kini bagaimana solusi mengatasi persoalan ini belum kunjung dijumpai," jelas dia.(viv/ivn)