JAKARTA (RIAUMANDIRI.co) - Sikap Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mengusung Mardani Ali Sera sebagai bakal calon wakil gubernur mendampingi Sandiaga Uno secara sepihak, dinilai sebagai gaya orde baru. Hal tersebut ditanggapi peneliti senior Pusat Penelitian Politik- LIPI, Siti Zuhro.
Siti mengatakan, idealnya partai politik (Parpol) harus mengikuti proses buttom up karena selama ini pihak- pihak eksternal ikut mengusung suara dan menyampaikan opini.
“Ya, PKS seharusnya mengikuti proses buttom up karena kan selama ini suara- suara eksternal ikut berperan dalam menyampaikan opini, dan penilaian. Menjadi tugas partai untuk merespon keinginan publik, “ ujar Siti saat dihubungi, Rabu (14/9/2016).
Lebih lanjut, wanita yang pernah mendapat penghargaan Bawaslu Awards kategori Pengamat Politik Tervaorit tahun 2014 ini menyebutkan, seyogyanya partai politik tidak boleh memaksakan kehendak dengan melakukan pengambilan keputusan secara sepihak oleh elit partai politik.
Padahal seperti yang diketahui, ada kader PKS, Muhamad Idrus yang sudah mendeklarasikan dirinya maju dan didukung kader internal dari ranting dan wilayah untuk melawan Ahok di Pilkada DKI 2017.
“Partai tidak boleh memaksakan kehendak karena ego elit partai. Cara seperti itu sudah tidak relavan untuk diterapkan saat ini. perlu ada keseimbangan antara buttom up dan top down,” imbuhnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh M. Hadi Nainggolan, Ketua Tim Relawan #JakartaKEREN. Hadi terang- terangan menyatakan kekecewaaannya terhadap PKS yang dianggap sebagai kumpulan orang- orang berjiwa muda yang memiliki idealisme. Hadi yang sudah mengumpulkan lebih dari 200.000 relawan ini mempertanyakan kaderisasi yang ada di tubuh PKS.
"Kita tau bahwa PKS berhak membuat keputusan apa saja tentang Pilgub DKI Jakarta, tapi PKS sejatinya harus mendengar aspirasi umat Islam. Karena PKS itu aset umat dan Bangsa, bukan hanya milik kader elite semata," tegasnya.
Hadi juga menambahkan bahwa ketidaksukaan yang terjadi di elit sangat mudah "dihajar" oleh petinggi parpol
"Suka dan tidak suka yang sekarang terjadi di elit, kalau elit suka dia membuat seribu alasan utk pembenaran atas keputusannya. Kalau elit tidak suka maka mereka juga menciptakan sekian alasan/kelemahan untuk membumi hanguskan seseorang, miris kalau PKS membenarkan konsep ini," tutup Hadi.(n44/rs)