JAKARTA (RIAUMANDIRI.co) - PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatat kenaikkan pertumbuhan realisasi outstanding kredit sebesar 22 persen secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp339,65 triliun per Agustus 2016.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni menyatakan, penopang utama kenaikan realisasi kredit tersebut yakni proyek infrastruktur yang berhubungan dengan konstruksi.
"Itu yang bikin pertumbuhannya jadi cukup signifikan," ujar Achmad Baiquni, Kamis (8/9). Salah satu proyek infrastruktur yang dimaksud yakni proyek palapa ring oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemkominfo) dan beberapa proyek jalan tol.
Seperti diketahui, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih mempertahankan target pertumbuhan kredit perbankan berkisar 11 persen sampai 12 persen, sekalipun Bank Indonesia telah telah memangkas targetnya menjadi 7 persen sampai 9 persen.
Adapun, realisasi kredit BNI secara tahun berjalan (year to date/ytd) sebesar 10 persen. Namun, ia tetap optimistis pertumbuhan kredit perusahaan dapat mencapai target Rencana Bisnis Bank (RBB) sebesar 15 persen - 16 persen.
"Pada umumnya semua sudah dalam pipeline. Target masih tetap 15 sampai 16 persen," pungkasnya. Dari sisi kinerja keuangan, BNI membukukan laba bersih sebesar Rp4,37 triliun sepanjang semester I 2016. Pendapatan laba tersebut meningkat 79,9 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
"Kenaikkan laba yang tinggi ini karena ekspansi kredit yang tinggi . Kedua peningkatan pendapatan berbasis komisi (fee based income). Selain itu karena adanya penurunan biaya pencadangan selanjutnya efisiensi bisa kita pertahankan," ujar Ahmad.
Tercatat, BNI membukukan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (NII) yang naik 11,7 persen secara tahunan dari Rp12,45 triliun menjadi Rp13,91 triliun. NII tumbuh berkat realisasi penyaluran kredit hingga akhir Juni 2016 yang tumbuh moderat sebesar 23,8 persen tahunan dari Rp288,72 triliun menjadi Rp357,22 triliun. Pendapatan non bunga BNI juga mengalami kenaikan 28,7 persen year on year dari Rp3,44 triliun menjadi Rp4,43 triliun.(cnn/mel)