(RIAUMANDIRI.co) - Diantara belahan dunia yang dihinggapi penyakit ini, penduduk di India, Indonesia, dan Nigeria paling rentan terpapar virus Zika, demikian hasil kajian yang dilakukan sejumlah ilmuwan.
Hasil tersebut didapat sebuah tim gabungan peneliti dari London School of Hygiene and Tropical Medicine, Oxford University,
dan University of Toronto, Kanada, setelah mencermati skema penularan dengan memperhitungkan jumlah penumpang pesawat yang
hilir mudik di negara-negara tersebut . “Negara-negara seperti India, Indonesia, dan Nigeria diprediksi paling berisiko terpapar Zika mengingat terdapat 5.000 penumpang setiap bulan berdatangan dari area endemik Zika.
“Apabila Zika diimpor dari area-area itu, imbas terhadap sistem kesehatan negara-negara itu akan sangat parah,” kata Dr
Oliver Brady, salah satu anggota tim peneliti permodelan matematika dari London School of Hygiene & Tropical Medicine.
Keparahan imbas virus Zika di Indonesia, sebagaimana disebutkan kajian yang dimuat jurnal ilmiah The Lancet Infectious Diseases, akan tergantung dari kesigapan masyarakat dan pemerintah untuk mencegah, menangkal, dan merespons virus tersebut.
Image copyright AFP Image caption Jumlah penumpang pesawat yang hilir mudik di Indonesia dari negara-negara tempat virus Zika mewabah
memudahkan penyebaran virus tersebut.
“Temuan kami bisa menawarkan informasi berharga untuk mendukung pembuatan kebijakan kesehatan publik di tingkatan lokal, nasional, dan internasional,” kata Dr Kamran Khan, anggota peneliti dari Rumah Sakit St Michael di Toronto, Kanada.
Penyebaran virus Penduduk di lebih dari 65 negara dan teritori telah dijangkiti virus Zika.
Di Brasil pada 2015, virus Zika dikaitkan dengan peningkatan jumlah anak yang lahir dengan kondisi kepala kecil atau disebut mikrosefali. Penularan virus itu disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti.
Akan tetapi, para peneliti mengatakan masih banyak yang belum diketahui tentang virus Zika dan bagaimana cara penyebarannya, termasuk spesies nyamuk mana saja yang menyebarkan virus Zika dan apakah ada kalangan masyararakat kebal terhadap virus tersebut.
Sejumlah pakar Zika mengatakan risiko penyebaran virus mencapai puncaknya pada musim panas, ketika orang-orang dari
berbagai belahan dunia melancong ke Amerika Selatan.
Suhu yang hangat pada musim panas juga memungkinkan nyamuk-nyamul yang menyebarkan virus Zika dapat bertahan hidup lebih
lama. Profesor Jonathan Ball, yang menggeluti bidang virology molekuler di Universitas Nottingham, Inggris, mengatakan perjalanan
dan perdagangan di dunia jelas membantu penyebaran virus Zika.(bbc/ivn)