SINGAPURA (riaumandiri.co) - Kabut asap mulai menyelimuti Singapura, sejak Jumat (26/8) pagi. Asap tersebut diduga kuat berasal dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia, termasuk di Riau. Dari pantauan di Singapura, kondisi udara sepanjang Jumat memang sangat berkabut terutama Singapura di bagian barat Singapura yang mayoritas adalah daerah pemukiman warga.
Singapura Bau asap langsung menusuk ke hidung ketika berjalan di daerah terbuka. Tidak sedikit warga yang terlihat berseliweran memakai masker. Semakin sore kondisi udara semakin buruk dan semakin sulit bagi warga Singapura untuk bernafas dengan bebas.
Berdasarkan data terakhir dari Badan Lingkungan Hidup Singapura (NEA), hingga pukul 20.00 waktu setempat, standar indeks polutan (PSI) untuk 24 jam terakhir menunjukan angka 87-118. Sedangkan angka PSI untuk pengukuran setiap tiga jam sekali menembus angka 115. Sementara katagori udara sehat yang bisa dihirup manusia hanya boleh memiliki PSI maksimal 100.
NEA dalam pernyataannya menyatakan, kondisi berkabut kelihatannya akan berlanjut hingga akhir pekan ini. Karena itu, warga Singapura diminta mengurangi aktivitas di luar rumah. Khususnya terhadap anak-anak, manula, ibu hamil serta individu yang mengalami gangguan jantung dan paru-paru.
NEA juga menyatakan, pimpinan institusi Laksamana Muda Ronnie Tay telah berkorespondensi dengan pejabat berwenang di Indonesia mengutarakan kecemasan Singapura terkait kabut asap tersebut. Tay berharap pihak berwenang di Indonesia segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk memitigasi dampak kebakaran hutan dan lahan.
Dari Jakarta, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, juga tak menampik, kabut asap di Singapura berasal dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia, yang kemudian dibawa angin menuju negara tetangga tersebut.
"Berdasarkan analisis sebaran hotspot, arah angin, sebaran asap dari satelit dan kualitas udara menunjukkan bahwa asap kebakaran hutan dan lahan di Riau terbawa angin ke arah timur-tenggara-timur laut hingga mencapai Singapura," ujarnya.
Berdasarkan pantuan udara dan laporan satgas darat, lanjut Sutopo, titik panas (hotspot) kebakaran hutan dan lahan banyak ditemukan di Kabupaten Rokan Hilir, seperti di daerah Pujud dan Bagan Sinembah. Selain itu, kebakaran hutan dan lahan juga terdapat di Bengkalis, Kampar, Rokan Hulu, dan Dumai.
Sedangkan dari Posko Satgas Terpadu Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Riau melaporkan terdapat 67 hotspot di Riau dengan tingkat kepercayaan lebih dari 50 persen.
"Data hostpot ini sesuai dengan hasil patroli udara di lapangan. Asap cukup pekat mengepul dari lokasi hotspot," ucap Sutopo.
Kendati demikian, lanjut Sutopo konsentrasi asap terpantau masih cukup tipis. Kualitas udara di Singapura untuk PM10 masih tergolong baik, sedangkan untuk PM2,5 sudah tidak sehat.
Tak Bisa Dihindari Menanggapi kondisi itu, Wapres Jusuf Kalla menilai, tersebarnya kabtu asap dari kebakaran hutan dan lahan di Riau hingga memasuki wilayah Singapura, adalah sesuatu yang tak bisa dihindari.
Kalla menegaskan, Indonesia juga sebenarnya tidak mau lahan dan hutannya terbakar, apalagi asapnya sampai mengganggu negara tetangga.
Ia memastikan berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah untuk memadamkan kebakaran. "Tidak ada yang mau sampai Singapura, cuma kita tidak bisa kontrol angin kan. Bagaimana caranya kontrol angin?" ucapnya.
Kalla pun tidak mau memusingkan jika nantinya Singapura memprotes Indonesia karena asap yang masuk ke wilayahnya itu. "Terserah saja. Dia (Singapura) mau protes siapa? Mau protes angin?" ucap Kalla. (bbs, kom, dtc, ral, sis)