JAKARTA (HR)- Minyak mentah West Texas Intermediate turun ke level terendah dalam lima tahun. Penurunan tersebut setelah aksi yang dilakukan Irak memotong harga minyak mentah ke Asia.
Produsen minyak terbesar di Timur Tengah termasuk Iran, Irak dan Kuwait biasanya mengikuti jejak Arab Saudi ketika memutuskan apakah akan menaikkan atau menurunkan harga ekspor minyak.
Selasa (9/12), harga minyak di pasar future turun sebanyak 1,3 persen di New York dengan harga intraday mencapai harga terendah sejak Juli 2009.
Minyak akan tetap berada di kisaran USD65 per barel selama enam bulan hingga perubahan permintaan kembali normal.
Minyak WTI untuk pengiriman Januari turun 80 sen menjadi USD62,26 per barel di New York Mercantile Exchange kemarin. Ini adalah penutupan terendah sejak Juli 2009. Harga sudah turun 36 persen tahun ini.
Sedangkan Brent untuk pengiriman Januari turun USD2,88 dan beralhir di USD66,19 per barel di London berbasis ICE Futures Europe exchange. Itu penutupan terendah sejak September 2009.
Melihat hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) mengatakan, jatuhnya harga minyak ini bisa menjadi kesempatan baik untuk Indonesia mereformasi Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Nah saat harga minyak turun ini kesempatan emas untuk turunkan BBM kita. Kalau tidak, tiga tahun lagi akan ada masalah naikkan BBM, lima tahun lagi naik lagi," jelasnya saat ditemui di Pullman Central Park, Selasa (9/12).
Menurutnya, persoalan subsidi pemerintah bisa meniru negara Filipina yang tidak memberikan subsidi langsung kepada rakyat, tidak berupa BBM dan atau subsidi komoditas.
"Kalau Filipina tidak berikan subsidi BBM atau produk tapi langsung ke individu, juga bantu transportasinya, kopajanya, bajajnya," jelasnya.
Lebih lanjut dia menyebutkan bahwa kenaikan harga BBM yang belum lama dilakukan belum lama ini bisa menghemat Rp111 triliun pada tahun 2015.
"Analisa proyeksi saving Rp20 triliun pada 2014. Di 2015 saving Rp111 triliun. Saving Rp20 triliun tahun ini itu untuk cegah defisit APBN, Tapi yang di 2015 itu betul-betul karya. Kalau Rp111 triliun, 50 persen dialihkan untuk bangun infrastruktur akan membantu," tukasnya.(okz/ara)