Pasangan ganda campuran bulutangkis Indonesia, Liliyana Natsir dan Tontowi Ahmad, telah sukses menyumbangkan medali emas bagi Kontingen Merah Putih di ajang Olimpiade Rio de Janeiro.
Namun kemenangan itu ternyata bermakna banyak. Bukan hanya membuat peringkat Indonesia meningkat drastis (dari posisi ke-56 menjadi 39, red), namun kemenangan itu juga merupakan ajang 'bayar utang' bagi keduanya, Bisikan setelah prestasi mereka sempat agak menurun beberapa waktu lalu.
Tontowi/Liliyana mengalahkan pasangan Malaysia Goh Liu Ying/Chan Peng Song dua game langsung 21-14 21-12 dan menyumbangkan emas pertama Indonesia. Di game pertama, Tontowi/Liliyana bermain dominan berkat permainan agresif mereka dan bertubi-tubi mengirimkan tekanan.
Namun, mungkin tidak banyak yang tahu, bahwa pada game kedua, permainan Butet, demikian panggilan akrabnya, sempat menurun. Tapi, semangatnya kembali meninggi setelah mendengar bisikan dari tandemnya itu.
Kondisi itu terjadi saat ganda Malaysia sempat mengejar dan menjadikan poin hanya berselisih dua poin, 12-10. Liliyana mengakui, ketika itu dirinya memang sempat terpancing permainan lawan sehingga ganda Malaysia mendapatkan angin segar.
“Waktu di game kedua, kondisinya itu kami lebih enak untuk menyerang, kalau main bertahan agak kurang aman. Jadi waktu di depan net, bagaimana caranya saya harus menurunkan bola," ujarnya. "Tetapi ternyata sudah dijaga lawan. Saya yang maksa menurunkan bola, malah jadi mengangkat bola, saya terpancing dan buru-buru.”
Di saat-saat seperti itulah Tontowi kemudian memberikan ketenangan pada Liliyana dengan satu ucapannya.
"Saat itu Owi (panggilan akrab Tontowi) berkata kepada saya 'Enggak apa-apa cik, saya siap back-up di belakang. Cik Butet tenang saja jaga di depan. Cici lebih unggul kok (permainan) depannya'," ucap Liliyana menuturkan perkataan rekannya itu.
"Kata-kata Owi ini membuat saya makin semangat dan percaya diri. Setelah break, saya rileks saja. Toh, di game pertama saya sudah menang juga, seharusnya lawan yang under pressure," ujarnya.
Kekompakan keduanya kemudian berbuah manis. Ganda yang pertama kali dipasangkan pada 2010 ini pun kemudian mempersembahkan emas pertama Indonesia dari Rio De Janeiro.
Bayar Utang Kemenangan itu, juga sekaligus jadi ajang membayar kekecewaan mereka di Olimpiade London, empat tahun lalu.
Sukses ini sekaligus menyambung kembali tradisi emas Indonesia dari cabang bulutangkis di Olimpiade. Sejak mulai dipertandingkan pada 1992, bulutangkis tidak pernah absen menyumbang medali emas tapi tren itu putus di London 2012.
"Saya lega, bangga, senang. Karena Indonesia biasanya tradisi emas, tapi kemarin di Olimpiade London 2012 kami berhutang bawa medali. Sekarang langsung kami bayar utangnya. Senang sekali," kata Liliyana.
"Saya nggak bisa berkata-kata. Luar biasa rasanya. Ini saya persembahkan untuk hari kemerdekaan Republik Indonesia," tambah Tontowi.
Sepanjang keikutsertaan Indonesia di Olimpiade, bulutangkis sudah menyumbang enam medali emas untuk Indonesia. Dimulai dari Susy Susanti dan Alan Budikusuma di Olimpiade Barcelona 1992, Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky di Olimpiade Atlanta 1996, Tony Gunawan/Candra Wijaya di Olimpiade Sydney 2000, Taufik Hidayat di Olimpiade Athena 2004, dan terakhir Markis Kido/Hendra Setiawan di Olimpiade Beijing 2008. (bbs, ril)