Pulau Punjung (riaumandiri.co) - Pemerintah Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, pada 2016 akan mengembangkan 300 hektare tanaman padi salibu, guna meningkatkan produksi beras dan ketahanan pangan daerah itu.
Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura setempat, Afdal Jp Tamsin, di Pulau Punujung, Senin (15/8), menyebutkan sistem padi salibu ini akan meningkatkan indeks pertanaman dengan waktu tanam yang pendek dan hasil yang lebih banyak.
"Waktu tanamnya lebih pendek dari sistem tanam padi secara konvensional, yakni maju dua minggu untuk masa panennya. Jadi ini akan menguntungkan bagi petani," katanya.
Selain memiliki waktu tanam yang lebih pendek, kata dia, sistem salibu juga mampu menghemat biaya operasional penanaman yang dikeluarkan petani.
Menurut dia, petani tidak lagi memerlukan benih baru dan tidak melalui proses persemaian, pengolahan lahan atau bajak, dan penanaman. Sebab padi salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen dipotong, tunas akan muncul dari bukuh yang ada di dalam tanah tunas, mengeluarkan akar baru sehingga suplai tidak lagi tergantung pada batang lama.
"Penghematan biaya budi daya dari penerapan sistem salibu mencapai Rp5 juta per musim tanam. Kita harap program ini berhasil," ujarnya. Menurut dia, keberhasilan budidaya padi salibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni tinggi pemotongan batang varietas yang digunakan, kondisi air tanah setelah panen, dan pemupukan tanaman.
"Tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa, inilah yang membuat pertumbuhan dan produksinya sama atau lebih tinggi dibanding tanaman awalnya," katanya.
Dia menyebutkan, anggaran yang digunakan untuk tanam padi salibu sekitar Rp900 juta bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2016. "Kita targetkan pada awal September proses tanam padi salibu sudah dapat dimulai," tutupnya. (ant/azw)