PASIR PANGARAIAN (riaumandiri.co)- Harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang cenderung merosot membuat petani sawit di Provinsi Riau, termasuk petani di Rokan Hulu (Rohul) harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Salah satu penyebab anjloknya harga kelapa sawit di tingkat Pabrik Kelapa Sawit (PKS) juga karena produksi crude palm oil (CPO) perusahaan masih dijual ke Unilever sebagai perusahaan besar dunia, masih melalui perantara.
Melihat fenomena tidak berkesudahan inilah menarik simpati Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Kabupaten Rohul menggelar Diskusi dengan PKS Non Kebun, mengundang pemateri dari Unilever, di salah satu hotel di Kota Pasirpangaraian.
Ketua SPKS Rohul, Muhammad Nasir Sihotang mengatakan diskusi sehari dengan nara sumber dari Unilever ini merupakan salah satu upaya serikat kampanyekan pencerdasan dan memutus mata rantai penjualan CPO, sehingga harga sawit petani lebih tinggi dan dihargai pantas.
M. Nasir mengungkapkan luas lahan petani swadaya di Kabupaten Rohul sekira 286 ribu hektar, tentunya jumlah ini tergolong besar. Bila dimaksimalkan, menurutnya tentu petani Rohul akan sejahtera.
Diakuinya, diundangnya pihak Unilever ini diharapkan dapat membantu meningkatkan segi harga TBS sawit dan CPO. Sebab, pembeli CPO dari PKS langsung dari pengusaha indrustri hilir, sedangkan Unilever sebagai perusahaan raksasa membeli CPO sekira 35 persen.
Bila CPO dibeli langsung pihak Unilever, sambung M. Nasir, tentu harga sawit petani akan dihargai tinggi dan pantas, karena tidak pakai perantara. "Ini bukan hanya keuntungan bagi petani, tapi PKS. Karena selama ini mulai tingkat petani sampai ke Unilever banyak melalui mata rantai," ungkapnya, Kamis (28/7).
"Ini salah satu tujuan kita mengundang Unilever, salah satunya untuk memutus mata rantai. CPO bisa langsung diambil pihak Unilever," terangnya. M. Nasir mengakui melalui Unilever ini SPKS Rohul akan membuat pelatihan ke petani swadaya dalam waktu dekat, sehingga ekonomi petani sawit lestari dan berkelanjutan.
Ia sangat kecewa dengan peserta diskusi yang sedikit. Karena dari 15 PKS non kebun di Rohul yang diundang, hanya tiga perwakilan PKS yang hadir. Padahal, kegiatan ini akan menguntungkan pihak perusahaan. M. Nasir mengharapkan adanya diskusi ini, PKS non kebun dan petani sawit swadaya di Rohul jadi contoh bagi perusahaan lain, sehingga mata rantai terputus.
Ditanya apakah ada syarat khusus agar CPO milik PKS bisa dibeli langsung pihak Unilever, M. Nasir mengatakan tidak ada syarat khusus. Masih di tempat sama, Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Rohul, Sri Hardono sangat mengapresiasi diskusi sehari dilaksanakan pihak SPKS Rohul.
"Diskusi ini memberikan pencerdasan dan peluang-peluang yang sangat menguntungkan bagi petani maupun PKS. Semoga melalui diskusi ini petani sawit Rokan Hulu akan semakin baik lagi ke depan," harap Sri Hardono.(rtc/ara)