BANGKINANG (HR)-Kabupaten Kampar seperti lima jari, akan kuat jika rukun dan kompak, serta bersatu. Semua bisa dipegang dengan lima jari kalau kompak, tetapi kalau lima jari centang perenang atau masing-masing merasa besar sendiri, apa yang bisa dipegang.
Contohnya kalau lima jari bersatu, makan dapat cepat, main badminton kuat dan lainnya, tetapi kalau bercerai, makan saja tidak mungkin dengan satu jari apa lagi untuk bekerja.
Demikian tausiah yang disampaikan Ustad Syauqi Zainuddin MZ, memperingati Hari Jadi ke-65 Kabupaten Kampar, di Lapangan Merdeka, Bangkinang, Jumat (6/2). Tausiah dihadiri hampir seribuan masyarakat Kampar.
Lebih lanjut dijelaskan Ustadz Syauqi, pertama lima jari itu adalah ibu jari, diibaratkan dengan umarok, yaitu Pemerintah Kabupaten Kampar. Dikatakannya, kalau Pemkab Kampar ingin kuat Islamnya, harus ada Pemerintah yang konsekwen membangun Islam di Kampar, bukan Cuma terima laporan saja, karena semua laporan yang disampaikan pasti bagus.
"Karena itu, harus bangga dengan Bupati Kampar, Jefry Noer, karena mau turun langsung melihat kondisi yang sebenarnya, dengan konsekwen masyarakatnya dalam membangun Islam, agar realitanya sesuai dan tidak timbul aliran aneh dilingkungan kita. Kemudian jempol merupakan cap legalisasi," ujarnya seloroh.
Ia mencontohkan kalau mau jual tanah tanpa tanda tangan pun, asal ada cap jempolnya maka sah. "Persoalan apapun kalau dijempolin pasti bagus hasilnya, begitu juga dengan Umaroh yang konsisten membangun Islam di Kampar, maka akan membawa kebaikan bagi semua," ujar Syauqi.
Kemudian jari telunjuk atau Aghniyak harus ada, yaitu orang kaya di Kabupaten Kampar, yang berani mengeluarkan uang untuk kemajuan Islam, seperti menggelar tabligh akbar seperti ini saja harus dengan uang.
"Adanya majelis taklim di lingkungan kita bisa terlaksana karena keberadaan orang kaya yang mendermakan uangnya. Jangan takut soal menderma, sebagaimana janji Allah dalam Alquran yang artinya, siapa yang berbuat satu kebaikan akan mendapat ganjaran 10 kali lipat," terangnya.(adv/humas)