Ribuan batang pohon kelapa milik masyarakat telah ditebang. Kendati tanpa ganti rugi. Tapi ironis, sudah 11 tahun, jalan yang didambakan, Jalan Lintas Bono tak kunjung dilewati.
"Sejak tahun 2004 lalu, pohon-pohon kelapa kami milik ditebang. Kalau dihitung jumlahnya, lebih lah ribuan batang. Kami semuanya mendukung, karena berharap jalan pembuka isolasi dan mengingkatkan ekonomi segera dibangun,''ungkap Tasrib, Kepala Desa Sokoi, Kuala Kampar, Minggu (8/2).
Tapi apa hasilnya lanjut Tasrib, hingga memasuki tahun ke-11 jalan lintas yang diharapkan jauh dari yang didambakan. "Kalau isolasi antar desa hingga kabupaten memang sudah terbuka. Tapi kondisi jalan, masih sangat memprihatinkan. Warga kesulitan melewatinya. Jangankan bawa barang-barang pakai motor sendiri saja kepayahan," ujarnya.
Padahal, jika pohon-pohon kelapa seusia 11 tahun itu masih tegak, tentu tidak sedikit hasil yang dipetik masyarakat. Tapi sampai sekarang begitulah kondisinya. Jalan terbuka lebar, kondisi tetap saja buruk.
Disebutkannya, kondisi jalan buruk menuju Desa Sokoi berdurasi sekitar 60 kilometer. ''Yang masih parah sekitar 60 kilometer lagi,''kata Tasrib sambil menyebutkan jarak 60 kilometer yang cukup jauh itu mulai dari Desa Pulau Kecamatan Teluk Meranti.
"Kami hanya berharap pak Plt Gubri dan anggota DPRD Riau dapat merealisasikan jalan yang kami harapkan itu secepatnya. Karena kami tahu jalan lintas tersebut merupakan proyek Pemprov Riau," pungkasnya.
Setakad informasi, Jalan Lintas Bono digagas sejak Bupati Pelalawan HT Azmun Jaafar,SH. Pembangunan jalan ini masuk program Merangkai Kampung Membangun Negeri. Jalan yang diperkirakan lebih dari 167 kilometer ini membuka isolasi 3 kecamatan yakni Kecamatan Bunut, Teluk Meranti dan Kuala Kampar dan puluhan desa ditiga kecamatan tersebut.
Saat ini, kondisi sudah sangat bagus, khususnya yang melintasi Kecamatan Bunut. Sementara Kecamatan Teluk Meranti kondisi mulai membaik jika dibandingkan desa yang ada di Kecamatan Kuala Kampar khususnya Desa Sokoi.***