NICE (riaumandiri.co)-Perayaan Bastille Day atau Hari Kemerdekaan Prancis di Kota Nice, Kamis (14/7) malam waktu setempat, tiba-tiba berubah menjadi petaka yang mengerikan.
Di tengah kerumunan massa yang tengah menyaksikan pertunjukan kembang api, tiba-tiba melintas sebuah truk berwarna putih yang kemudian menggilas kerumunan massa. Tak tanggung-tanggung, sebanyak 84 orang tewas akibat digilas truk dalam
84 Orang
kejadian memilukan itu. Selain itu, lebih dari 100 orang mengalami luka-luka.
Aksi nekat sopir truk tersebut, baru berhenti setelah petugas polisi Prancis melepaskan tembakan ke arah truk. Sempat terjadi baku tembak antara sopir truk dan polisi. Akhirnya, si sopir truk pun tewas di tempat.
Belakangan terungkap, sopir tersebut bernama Mohamed Lahouaiej Bouhlel dan berusia 31 tahun. Bouhlel yang merupakan keturunan Tunisia ini tinggal di apartemen yang berada di distrik Nice Utara. Ia diketahui memiliki anak berusia tiga tahun. Dalam aktivitas sehari-hari, pria itu bekerja sebagai sopir delivery.
Aksi teror tersebut juga menambah daftar aksi teros yang melanda Prancis, sejak beberapa waktu belakangan ini. Pada November lalu, sekawanan teroris simpatisan ISIS juga sempat menyerang Ibukota Prancis, Paris, November tahun lalu. Ketika itu jumlah korban tewas mencapai 130 orang.
Sebagai bentuk keprihatinan, Prancis menyatakan hari berkabung selama tiga hari, terhitung sejak Jumat (15/7) kemarin. Tak sampai di situ, Presiden Francois Hollande juga langsung memutuskan memperpanjang status darurat keamanan Perancis. Seharusnya, status itu berakhir dua pekan lagi. Namun setelah teror di Nice, status darurat keamanan itu kembali diperpanjang hingga tiga bulan ke depan.
Mengerikan
Sejumlah saksi mata, mengungkapkan rasa kengerian mereka terkait teror itu. Seperti dituturkan Dominique Molina dan suaminya Tony, yang menyaksikan peristiwa itu dari atas balkon hotel mereka
Dikatakan Molina, truk berkecepatan sekitar 40 km per jam begitu saja menabrak orang-orang di jalan. Setelah itu, terdengar suara tembakan senjata dan teriakan orang-orang. Setelah itu hening dan mayat-mayat tampak bergelimpangan di jalan.
"Mayat-mayat itu seperti terduduk. Menyedihkan, karena keluarga menangis di samping mayat-mayat itu. Lalu kemudian mayat-mayat itu ditutupi kain," kata Molina, dikutip dari CNN.
Saksi dari balkon lainnya, Zeynep Akar, mengaku mendengar suara tabrakan dan orang-orang yang berteriak. Saat mendengar suara tembakan, dia langsung berlari ke dalam rumahnya dan mematikan lampu. Pemandangan setelahnya membuatnya terkejut. "Banyak sekali orang terkapar di jalan," kata Akar.
Seorang saksi mata asal Amerika berdiri tidak jauh dari truk putih saat kendaraan itu menabrak ke kerumunan massa. Dia mengatakan, truk itu melindas orang-orang yang ada di sana. Saat menabrak orang-orang, truk itu tidak melambat, bahkan meningkatkan kecepatan.
"Awalnya terlihat seperti kecelakaan, tapi dengan cepat diketahui bahwa insiden ini disengaja," kata dia kepada CNN.
Insiden itu membuat massa berlarian dan mencari perlindungan, di antaranya ke hotel-hotel dan restoran terdekat. "Kami sedang makan dan kerumunan dalam jumlah banyak berlari ke arah kami, kami tidak tahu apa yang terjadi. Saya kemudian melihat banyak mayat," kata seorang warga, Maryam Violet.
Eric Dartell, berhasil selamat. Dia mengatakan, pemandangan usai peristiwa sangat mengerikan. "Anda bisa melihat benda-benda sepanjang jalan, mayat, sepeda, lampu jalan dan puing-puing," kata Dartell.
Sempat Lepaskan Tembakan
Sejauh ini, polisi telah mengidentifikasi bahwa sopir truk maut itu adalah Mohamed Lahouaiej Bouhlel. Identitas itu sesuai dengan dokumen yang ditemukan polisi di dalam truk tersebut. Polisi juga telah menggeledah apartemen tempat tinggal Bouhlel di distrik Nice Utara.
Menurut keterangan polisi, Bouhlel mengemudikan truk berwarna putih seberat 19 ton itu secara zig-zag sejauh dua kilometer sambil menerjang orang-orang yang berkumpul di Promenade des Anglais. Aksi itu dilakukannya saat orang-orang sedang asyik menyaksikan pertunjukan kembang api dalam rangka perayaan Bastille Day atau kemerdekaan Prancis.
Setelah berhasil dihentikan oleh polisi yang terus menembaki kaca depan truk itu, Bouhlel mengeluarkan pistol dan melepas beberapa tembakan. Bouhlel disebut menggunakan pistol kaliber 7.65 saat baku tembak, sebelum akhirnya dia tewas ditembak polisi.
"Pelaku dikenal oleh polisi karena kasus kekerasan dan penggunaan senjata, tapi tidak memiliki keterkaitan langsung dengan terorisme," terang sumber yang memahami penyelidikan seperti dilansir The Telegraph.
"Kartu identitas pelaku ditemukan di dalam truk. Pelaku memiliki kewarganegaraan Prancis dan kewarganegaraan Tunisia," imbuh sumber itu.
Masa Berkabung
Otoritas Prancis menetapkan masa berkabung nasional selama tiga hari usai teror truk tersebut. Bendera setengah tiang akan dikibarkan di Prancis selama masa berkabung itu.
Perdana Menteri Prancis, Manuel Valls, seperti dilansir AFP, Jumat (15/7), menyatakan pengibaran bendera setengah tiang akan dimulai sejak Jumat (15/7) hingga tiga hari ke depan. Aturan hukum yang mengatur perluasan wewenang bagi polisi akan dibahas di parlemen pekan depan.
"Waktu berubah, Prancis harus hidup dengan terorisme, dan kita harus menghadapi ini bersama dan menunjukkan ketenangan kita," ucap PM Valls.
"Prancis adalah negara yang hebat dan memiliki demokrasi yang hebat dan kita tidak akan membiarkan negara kita didestabilisasi," imbuhnya.
"Kita harus membawa bangsa Prancis bersatu. Satu-satunya tanggapan bermartabat (terhadap teror truk) adalah Prancis tetap berpegang pada semangat 14 Juli, Prancis yang bersatu dengan nilai-nilanya," tegas PM Valls.
Momen 14 Juli menjadi perayaan Bastille Day atau hari kemerdekaan Prancis, yang menandai dimulainya Revolusi Prancis tahun 1789. Momen ini ditetapkan sebagai hari libur nasional di Prancis. Perayaan Bastille Day digelar dengan parade militer dan pertunjukan kembang api. (bbs, dtc, kom, ral, sis)