Jakarta (riaumandiri.co)-PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menambah target penyerapan dana repatriasi menjadi Rp50 triliun, dari sebelumnya Rp30 triliun.
Direktur Utama BTN Maryono menjelaskan target serapan dana repatriasi harus naik karena pada paruh pertama tahun ini, perusahaannya telah menggelontorkan dana Rp26 triliun untuk membangun perumahan subsidi dan non subsidi.
"Kami naikkan karena kami asumsikan untuk menjaga likuiditas. Jadi kami tambah menjadi Rp50 triliun," kata Maryono, Rabu (13/7).
Dengan begitu, target serapan dana tersebut nantinya akan memperkuat likuiditas dan pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR) dan konstruksi. Sehingga, likuiditas BTN dapat lebih longgar.
"Tapi bukan berarti kami sulit likuiditas, tapi kalau dana yang masuk makin banyak kan ya makin bagus," katanya.
Maryono sendiri memprediksi para wajib pajak (WP) akan lebih menyukai investasi di sektor riil. Dengan begitu, kebijakan tax amnesty ini disambut BTN karena akan membantu perusahaan dalam mengerjakan program rumah murah pemerintah.
"Ini kesempatan yang sangat baik untuk BTN yang fokus dalam bidang perumahan," terangnya.
Produk Investasi Baru
Selain itu, BTN juga mengeluarkan instrumen baru untuk menampung dana repatriasi, yakni Efek Beragun Aset (EBA). Maryono menargetkan ada dana investasi sebesar Rp1 triliun yang masuk ke instrumen tersebut tahun ini.
"Target kurang lebih Rp1triliun dari total target dana repatriasi tax amnesty yang sebesar Rp50 triliun, tapi diliat kebutuhan pasar juga nanti," tutur Maryono.
Sebelumnya, Direktur Treasury & Asset Management BTN Iman Nugroho menyatakan, BTN telah menyiapkan beberapa instrumen untuk menampung aliran dana tersebut diantaranya deposito, surat utang atau obligasi, dan sertifikat deposito.
Namun, ia lebih menyukai jika aliran dana repatrasi masuk sebagai deposito yang dikunci selama tiga tahun. Untuk itu, BTN akan memberikan tingkat bunga kompetitif dengan bank-bank lain.(cnn/mel)