Padang, (riaumandiri.co) - Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mengingatkan pelaksanaan tradisi "balimau" di daerah itu menjelang masuk Ramadhan, agar tidak melenceng menjadi perbuatan syirik.
"Balimau ini adalah tradisi masyarakat Minang turun temurun untuk menyambut datangnya Ramadhan. Ini tidak mungkin kita larang. Tetapi, pelaksanaannya jangan sampai jatuh pada perbuatan syirik," katanya di Padang, Sabtu,(29/5).
Ia mengatakan, agar hal itu tidak terjadi, maka pahami benar-benar ilmu agama.
"Melakukan sesuatu harus tahu ilmunya agar tidak tersesat. Demikian juga dalam hal menyambut Ramadhan," ujarnya.
Tradisi "balimau" yang dilakukan masyarakat Minang menyambut Ramadhan, sebagian dipahami sebagai upaya untuk membersihkan diri, membersihkan batin dengan bermaaf-maafan dengan sesama manusia.
Namun sebagian memahami "balimau" secara harfiah yaitu dengan membasahi diri mulai dari kepala hingga kaki. Karena itu, tempat wisata air seperti sungai-sungai, kolam renang dan lainnya selalu dipenuhi masyarakat jelang Ramadhan.
Sementara itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumbar, menegaskan tidak ada tradisi balimau menyambut Ramadhan dalam syariat Islam.
"Tradisi balimau itu bukan bagian dari syariat ataupun tata cara menyambut Ramadhan," kata Ketua MUI Sumbar, Gusrizal Gazhar.
Menurutnya, Ramadhan memang harus disambut dengan kegembiraan, namun jangan sampai melanggar syariat dalam mengekspresikannya.
"Apalagi dengan mandi-mandi dan membuka aurat. Ini tidak sesuai adat ataupun syarak, malah berdampak negatif terutama generasi muda," jelasnya.
Menurutnya, menyambut Ramadhan itu ialah dengan memperbanyak amalan-ama lan seperti puasa di bulan Syaban serta memperbaiki iman pada Allah dan rasul.(ant/azw